• Beranda
  • Berita
  • Pemeran "Bumi Manusia" bicara stereotip anak multiras

Pemeran "Bumi Manusia" bicara stereotip anak multiras

1 Agustus 2019 10:17 WIB
Pemeran "Bumi Manusia" bicara stereotip anak multiras
Para pemeran film Bumi Manusia Ayu Laksmi (kiri), Mawar Eva de Jongh (kedua kiri), Jerome Kurniawan (kedua kanan), dan Bryan Domani memberikan keterangan saat berkunjung di Kantor Berita Antara, Wisma Antara, Jakarta, Rabu (31/7/2019). Film garapan sutradara Hanung Bramantyo akan tayang di bioskop pada 15 Agustus 2019. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama).
Tiga pemeran di film "Bumi Manusia" yakni  Mawar Eva de Jongh, Bryan Domani, dan Jerome Kurnia harus menghadapi stereotip sebagai anak yang lahir dari orang tua beda negara.

Mawar Eva de Jongh, yang berperan sebagai Annelies Mellema, berasal dari keluarga Batak - Belanda, sementara Bryan Domani yang memerankan Panji Darman, lahir dari pasangan Indonesia - Jerman.

Sementara Jerome Kurnia, aktor pemeran Robert Suurhorf, punya darah Indonesia - Jerman.

Tumbuh besar di Indonesia sebagai anak multiras, mereka mengaku selalu dianggap berbeda. Orang-orang juga biasanya penasaran soal asal-usul mereka dan ingin tahu sisi selain Indonesia.

"Biasanya orang selalu mau tahu aku campuran mana, mau tahu (sisi) luarnya saja. Kalau ditanya, 'campuran mana?' aku jawabnya 'Surabaya'," seloroh Jerome yang ayahnya berasal dari Jawa Timur, saat berkunjung ke kantor ANTARA, di Jakarta, Rabu (31/7).

Baca juga: Bryan Domani baca "Bumi Manusia" untuk tambah kosakata

Bryan menimpali, banyak yang beranggapan anak-anak yang lahir dari pasangan beda negara itu lebih menyukai segala yang serba Barat. Mereka dicap tidak suka makanan Indonesia dan lebih memilih tinggal di luar negeri.

"Padahal aku suka banget makanan Indonesia," ucap aktor 19 tahun itu.

Anak-anak multiras juga identik dengan predikat orang-orang yang berduit, padahal belum tentu semuanya demikian.

"Stereotip itu buang saja semua," ujar Bryan.

Sementara itu, Mawar juga sering mendapatkan pertanyaan serupa. Namun dia bersyukur tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk hanya karena darah Indonesia - Belanda mengalir pada dirinya.

"Cuma ditanya-tanya aja, tapi enggak sampai ada pengalaman buruk sih."

Baca juga: Mawar De Jongh berharap makin banyak orang baca buku Pramoedya
 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019