"Beberapa negara lain telah melakukannya (pemindahan ibukota), 'lesson learned' kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah dilakukan negara lain," kata Bambang dalam dialog nasional kajian pemindahan ibukota negara ke-3 di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis.
Dalam paparannya, Bambang memberikan beberapa contoh negara yang telah memindahkan ibukotanya, yakni Sejong (Korea Selatan), Brasilia (Brazil), Putrajaya (Malaysia), dan Canberra (Australia).
Masing-masing ibukota yang disebutkan oleh Bambang, memiliki plus-minus masing-masing. Seperti zona yang terlalu jauh pada beberapa tempat di Brasilia yang kemudian membuat kota tersebut bergantung kepada kendaraan pribadi, atau hal positif seperti dibangunnya Australia National University di Canberra.
Sisi lain yang juga menjadi perhatian Bambang adalah pengerjaan pembangunan ibukota baru. Dari contoh yang ada, Bambang ingin menghindari pembangunan yang memakan waktu terlalu lama seperti di Sejong (25 tahun) dan Canberra (26 tahun).
Ia juga memaparkan visi bagi ibukota negara yang baru yakni simbol identitas bangsa, smart, green, dan beautiful, modern dan berstandar internasional, serta tata kelola pemerintahan yang efisien dan efektif.
Dalam kesempatan itu, Bambang menegaskan bahwa istilah yang lebih tepat perihal ibukota adalah membangun pusat pemerintahan yang baru.
"Jadi yang tepat adalah kita mau membangun pusat pemerintahan yang baru. Nantinya pusat pemerintahan itu akan menjadi ibukota," tuturnya.\
Baca juga: Pindah ibu kota solusi pemerataan pembangunan bangsa
Baca juga: Bappenas: Pemindahan ibukota ke Kalimantan harus "forest city"
Baca juga: Menteri PUPR: APBN untuk pembangunan prasarana dasar ibukota baru
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019