"Target awal kita sebenarnya 500 kilogram, namun bulan ini bisa mencapai 608 kilogram," kata pengawas TPS 3R PIK Daniel, di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan ratusan kilogram pupuk kompos tersebut dibagikan ke beberapa tempat di antaranya sekolah, ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dan kantor rukun warga di Kecamatan Cakung.
Untuk bahan baku pupuk kompos, para petugas di TPS 3R PIK mengumpulkannya dari berbagai pasar yaitu Pasar Klender SS, Pasar Cakung, Pasar Simpang dan Pasar Ujung Menteng.
"Kita mengumpulkan sayur-sayuran yang sudah busuk dan dibuang pedagang, kemudian diolah sekitar satu bulan dengan proses pembusukan," kata dia.
Terkait proses pembuatan hingga menghasilkan 608 kilogram pupuk kompos tersebut, ia menyebutkan bahwa TPS 3R PIK membutuhkan sekitar 1.500 kilogram sampah organik.
"Jadi 1.500 kilogram sampah organik itu hanya bisa menghasilkan setengah saja," katanya.
Selain itu, ia menjelaskan sampah organik yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian digiling menggunakan mesin pencacah. Selanjutnya, sampah itu dijemur dan dicampurkan dengan serbuk gergaji untuk menghilangkan bau tidak sedap.
Seterusnya, ujar dia, sayuran yang telah digiling dan dijemur diberi campuran effective microorganism 4 (EM4) untuk mempercepat proses pembusukan.
"Kemudian dimasukkan ke dalam tong dan diaduk, airnya kita buang hingga tersisa hanya serat atau kompos," ujarnya.
Ia menambahkan hingga kini pupuk kompos organik tersebut belum dikomersilkan dan masih dibagikan secara gratis ke instansi pemerintah di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019