"Tetapi sesungguhnya panik bagi pasien malah tambah membahayakan kondisinya begitu juga keluarga. Kita jadi tidak bisa melakukan tindakan cepat dan efektif kalau dalam keadaan panik," kata Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Pusat Pertamina Hengkie F Lasanudin, di Jakarta, Kamis.
Memang tidak banyak langkah pertolongan non medis yang bisa diberikan kepada orang yang terkena serangan jantung, tetapi tetap ada beberapa langkah agar tidak memperparah kondisi penderita.
Langkah pertama adalah mengistirahatkan tubuh penderita agar jantungnya tidak bekerja keras yang mengakibatkan jantung membutuhkan lebih banyak pasokan oksigen.
"Bekerja seminimal mungkin dan sebaiknya istirahat, begitu jantung bekerja lebih lambat, kebutuhan oksigennya menjadi menurun," kata dia.
Kemudian penderita harus segera dibawa ke klinik terdekat agar mendapatkan pertolongan medis, diusahakan secepat mungkin mendapatkan perawatan.
Sebisa mungkin keluarga membuat pasien merasa tetap tenang dan tidak melakukan banyak gerakan yang dapat memacu jantung bekerja dan membutuhkan oksigen lebih banyak.
"Hanya itu pertolongan non medis yang bisa dilakukan, memang tidak banyak, tapi penting," kata dia.
Serangan jantung koroner terjadi karena penyumbatan di pembuluh darah koroner jantung akibat tumpukan kolesterol atau pun karena plak atau pengapuran.
Baca juga: Serangan jantung, Peabo Bryson dirawat di rumah sakit
Akibat penyumbatan pembuluh darah tersebut oksigen dan nutrisi makanan yang dibutuhkan jantung menjadi terhambat.
Masyarakat, kata dia, sebaiknya lebih perhatian terhadap kondisi tubuh, tidak mengabaikannya soal jantung koroner baik yang sudah menunjukkan gejala-gejala tertentu maupun belum sama sekali.
"Hanya karena merasa sehat jadi tidak perlu pengecekan, tidak baik seperti itu, sebaiknya lakukanlah pengecekan rutin," ujarnya.
Ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan masyarakat sebagai gejala serangan jantung, yakni jika seseorang merasa nyeri di bagian dada kiri, tengah, nyeri ulu hati atau punggung.
Nyerinya terasa seperti ditekan atau dihimpit benda berat dan menjalar ke beberapa bagian tubuh seperti lengan kiri, bahu maupun rahang.
Kadang nyeri tersebut disertai dengan gejala lain seperti sesak nafas, berdebar, keringat dingin, mual atau muntah.
"Untuk penderita diabetes lebih berisiko lagi karena sensitivitas merasakan nyerinya berkurang, jadi sebenarnya sudah sangat nyeri tetapi yang dirasakan seperti nyeri biasa bagi orang normal," ujarnya.
Baca juga: Calhaj asal Jakarta meninggal di pesawat karena serangan jantung
Baca juga: Dua bulan pascaserangan jantung, Casillas kembali gabung skuat Porto
Baca juga: Alasan pasien serangan jantung akut harus segera ditangani dalam 12 jam
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019