"Hari ini tepat satu tahun kami melaksanakan layanan hemodialisa, alhamdulillah respon pasien dan keluarganya sangat bagus," kata Direktur RSUD M Zein Painan, Sutarman di Painan, Kamis.
Sebelumnya, bagi pasien yang membutuhkan layanan cuci darah, ia mesti dirujuk atau berobat langsung ke beberapa rumah sakit di Kota Padang, karena RSUD setempat belum memiliki peralatan itu.
"Selama setahun peralatan ini dioperasikan sudah 20 pasien yang kami layani, jika dihitung-hitung sudah menghemat pengeluaran pasien dan keluarganya di atas Rp50 juta di luar biaya berobat. Meliputi ongkos pulang pergi ke Padang, biaya selama berobat dan lainnya," sambungnya.
Saat ini di rumah sakit setempat telah beroperasi lima unit mesin hemodialisa, menyiasati jumlah pasien yang tidak sebanding dengan jumlah mesin, pelayanan dilaksanakan dua shift yakni pagi dan sore.
Pada 2020, pihaknya berencana menambah jumlah mesin minimal hingga 10 unit lagi, sekaligus juga dibangun ruang pelayanan khusus hemodialisa.
"Kami manajemen RSUD M Zein Painan akan terus berbenah seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat yang mengalami gagal ginjal untuk berobat," katanya lagi.
Dengan semakin lengkapnya berbagai peralatan medis, pada 2020 pihaknya memasang target meraih akreditasi paripurna dari Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi I.
Menurutnya, penilaian SNARS merupakan standar akreditasi terbaru yang diberlakukan nasional semenjak 2018. SNARS Edisi I merupakan penyempurnaan dari penilaian akreditasi sebelumnya.
Akreditasi penting sebagai upaya untuk memperbaiki serta memberikan berbagai masukan terhadap penyelenggaraan pelayanan.
Pada 2017, sebanyak 85.145 pasien mendapat pelayanan rawat jalan RSUD M Zein Painan dan pada 2018 mengalami peningkatan menjadi 102.501 pasien. Berikutnya pada 2017, sebanyak 11.094 pasien mendapat pelayanan rawat inap dan pada 2018 turun menjadi 10.862 pasien.*
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019