"Dengan adanya ibukota baru ini diharapkan pelan-pelan nanti setiap kota punya standar (seperti di ibukota baru)," kata Bambang dalam sesi tanya-jawab Dialog nasional kajian pemindahan ibukota negara ke-3 di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis.
Bambang memberi contoh penerapan sumur bor dan septic tank yang umum diaplikasikan pada rumah-rumah di Jakarta. Dengan diaplikasikannya sistem tersebut di Jakarta, meski jauh dari ideal, namun hal itu kemudian menjadi praktik yang berlaku umum di Indonesia.
Permasalahan Jakarta sebagai ibukota saat ini terkait juga dengan kota-kota pendukungnya yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Untuk di ibukota baru, Bambang mengatakan pihaknya akan menerapkan perencanaan wilayah berbasis metropolitan.
Dengan sistem tersebut, akan ada satu kota induk yang didukung oleh kota-kota di sekitarnya. Kota-kota di sekitarnya ini nanti ada yang bersifat mandiri, namun ada pula yang bersifat pendukung semata.
Sebagian orang mungkin menyangsikan ibukota baru dapat terwujud sesuai rencana semula, namun Bambang menyatakan dirinya telah membangun tim yang solid dengan pihak-pihak terkait.
"Kami dari awal sudah satu tim. Bukan hanya Bappenas dan PUPR (Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), tapi juga dengan ATR/BPN (Kementrian Agraria dan dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional) juga dengan KLHK (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," tuturnya.
Baca juga: Menteri PPN jamin ibukota baru bebas banjir
Baca juga: Pindah ibu kota solusi pemerataan pembangunan bangsa
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019