"Laut Indonesia terancam sudah lama karena praktik-praktik yang buang 'oil' (minyak) di laut kita. Jadi Indonesia dan Filipina dikenal oleh kalangan pembuang limbah sebagai tempat buangan minyak-minyak kotor," kata Susi dalam jumpa pers bersama Pertamina di Jakarta, Kamis.
Susi menuturkan ancaman tersebut juga sejalan dengan kurang optimalnya penjagaan laut Indonesia. Oleh karena itu, ia mengaku akan membahas mengenai penjagaan laut dalam forum bersama TNI Angkatan Laut dan Kepolisian Perairan.
"Karena ini terjadi dan jadi omongan dunia juga bahwa luat kita ini paling gampang (untuk) buang limbah termasuk juga limbah sampah plastik. Kita juga importir sampah terbesar. Sedih. Wong sampah kita saja banyak, 'ngapain impor sampah?" katanya.
Susi juga menyebut insiden tumpahan minyak dari sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi di Blok Offshore North West Java (ONWJ) sebagai ancaman. Namun, sifatnya tidak disengaja karena merupakan kecelakaan.
"Tidak ada yang ingin 'accident' (kecelakaan). Kalo 'accident' ini terjadi ya kita sekarang harus 'recovery' (pemulihan), 'handling' (menangani)," ujarnya.
Ia pun mengaku tidak khawatir dan meminta pihak terkait, termasuk nelayan, tidak panik atas kejadian itu. Pasalnya, sebagai BUMN, Pertamina dipastikan akan menangani masalah tersebut dengan baik. Perseroan itu juga memastikan akan memberikan kompensasi atas kerugian yang didapatkan pihak terkait.
"Dan kita harapkan 'recovery' secara fisik bisa terjadi cepat dan 'as best as we can' (sebisa mungkin)," pungkasnya.
Baca juga: Teknologi bioremediasi mampu tanggulangi limbah minyak di laut
Baca juga: Susi minta Pertamina perbanyak "oil boom" tangani tumpahan minyak
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019