Kepastian berinvestasi tersebut, menurut dia, dipicu oleh regulasi pemerintah daerah yang terbilang konsisten dan tidak banyak berubah sehingga para investor dan pengusaha dapat mengembangkan bisnisnya tanpa hambatan perubahan kebijakan.
"Kebijakan kami di Yogyakarta tidak akan banyak berubah karena gubernur dan kepala daerah kami bukan dari pemilu, melainkan diusulkan setiap lima tahun oleh DPRP Provinsi, sehingga pada aspek kebijakan hukum, kami konsisten," kata Sultan pada Forum Bisnis Indonesia-Rusia di Moskow, Kamis (1/8).
Sultan menekankan budaya dan kesenian menjadi daya tarik bisnis pariwisata yang ada di Yogyakarta. Industri kreatif dan teknologi, seperti perusahaan rintisan (start-up), merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.
Saat ini, perekonomian Yogyakarta pada kuartal II-2019 tumbuh 7,5 persen dan sepanjang 2018 lalu sebesar 6,2 persen, atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen.
Ada pun Forum bisnis Indonesia-Rusia menjadi acara yang menjembatani pelaku usaha dari kedua negara. Selain untuk merayakan 69 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Rusia, forum ini juga menekankan pada kolaborasi dua negara lewat pariwisata, perdagangan dan investasi.
Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Wahid Supriyadi, menyatakan kedua negara termasuk dalam Kelompok G20, yakni Rusia peringkat 12, sementara Indonesia peringkat 16 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia. Namun demikian, nilai perdagangannya masih relatif rendah.
"Saat ini nilai perdagangan kedua negara masih relatif kecil yakni hanya 2,6 miliar dolar AS dan diperkirakan masih kurang dari 5 miliar dolar AS pada 2020," kata Wahid.
Acara Forum bisnis Indonesia-Rusia dihadiri setidaknya 500 peserta dan menghasilkan setidaknya 13 nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara pelaku bisnis kedua negara.
Baca juga: Festival Indonesia di Moskow ubah citra kurang bagus dua negara
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019