Seorang anggota polisi memusatkan perhatian pada penembakan penjahat narkoba dan menewaskan seorang migran Amerika Tengah di stasiun kereta Saltillo pada Rabu malam, kata Jaksa Agung Negara Bagian Coahuila Geraldo Marquez dalam satu taklimat.
Lelaki tersebut tewas pada saat pegiat dan migran lokal yang berlindung di Saltillo mencela serangkaian penindasan terhadap migran, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Pekan lalu, polisi federal diperiksa karena mengancam akan menyerbu satu tempat penampungan migran di dekat tempat penembakan berlangsung.
Organisasi hak asasi manusia internasional, termasuk Amnesty International dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC), menuntut penyelidikan menyeluruh mengenai kasus tersebut.
Baca juga: 100 lebih migran asal Amerika Tengah ditahan di Meksiko utara
"Setelah kematian migran Amerika Tengah selama penyerbuan polisi di Saltillo, kami dengan keras menyampaikan kembali tuntutan kami bawah negara Mexico menghormati hak asasi manusia migran," kata Amnesty International Mexico di Twitter.
Anggota unit polisi sedang menyelidiki empat orang berkaitan dengan penjualan narkoba, dan memberitahu jaksa mereka mendengar suara tembakan saat mereka memburu dua tersangka ke arah stasiun kereta di Saltillo, kata Jaksa Agung Negara Marquez.
Baca juga: Migran tidur di tanah, atap pengeboran minyak di perbatasan Texas
Kedua tersangka lari ke arah satu daerah tempat sekelompok migran berdiri dan polisi melepaskan tembakan, tampaknya menewaskan migran tersebut, kendati itu masih diselidiki, kata Marquez.
Ombudsman hak asasi manusia Negara Bagian Coahuila, Hugo Morales, mengatakan lelaki tersebut adalah warga Amerika Tengah yang memiliki putri, delapan tahun, yang telah dipindahkan ke tahanan lembaga negara buat anak-anak dan keluarga (PRONNIF).
Tempat perlindungan migran yang berdekatan, Casa del Migrante de Saltillo, mengeritik penembakan itu, dan mengatakan korban adalah warga negara Honduras yang berusia 29 tahun, Marco.
Baca juga: Pejabat Mexico temukan 51 migran di dalam truk
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019