Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melakukan penataan objek wisata di wilayah Bukit Menoreh memenuhi standar internasional karena sudah menjadi tujuan utama wisatawan mancanegera.Bule Mengajar mengajak banyak wisatawan mancanegara melakukan aktivitas memetik kelapa hingga menjadi santan, memetik daun teh hingga menjadi teh siap sedu
Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kulon Progo Sari Wulandari di Kulon Progo, Minggu, mengatakan saat ini ada tren objek wisata di kawasan pegunungan Bukit Menoreh menjadi tujuan wisatawan mancanegara.
"Wisatawan mancanagera itu suka sesuatu yang menantang seperti di objek-objek wisata di wilayah utara, beda dengan objek wisata yang di selatan karena bersifat umum atau mass tourism," kata Sari.
Menurut dia, wisatawan menyukai objek wisata yang bersifat wisata minat khusus (special interest tourism) dengan kegiatan tourist attraction dan lokal genius. Di wilayah utara sedikitnya, ada 15 objek wisata yang berkembang, mulai Sungai Mudal, Gua Kiskendo, Suroloyo hingga Kebuh Teh Nglinggo dan Tritis.
"Beberapa waktu lalu, Bule Mengajar mengajak banyak wisatawan mancanegara melakukan aktivitas memetik kelapa hingga menjadi santan, memetik daun teh hingga menjadi teh siap sedu. Itu salah satu yang diminati wisatawan mancanegara," katanya.
Untuk menunjang kunjungan wisatawan mancanegara, lanjut Sari, sejak 2017 Dinas Pariwisata mulai membangun toilet duduk di objek-objek wisata, seperti di kawasan objek wisata Nglinggo.
Ia mengatakan Dinas Pariwisata menyadari bahwa wisatawan mancanegara merupakan aset, sehingga harus membangun fasiltas umum untuk memenuhi kebutuhan mereka, salah satunya membangun toilet berstandar internasional, antara lain toilet duduk yang bersih dan wangi.
"Beberapa toilet di objek wisata sudah memenuhi standar internasional. Yang lama-lama masih jongkok," katanya.
Sementara itu, Anggota Fraksi PKS DPRD Kulon Progo Muhyadi meminta Dinas Pariwisata secara serius mengelola objek wisata di wilayah utara, baik yang dikelola masyarakat dan pemkab. Hal yang paling mendesak yakni infrastruktur jalan.
"Kalau kondisi jalan menuju objek wisata seperti ini akan merusak citra pariwisata, sehingga perlu langkah cepat untuk pembangunan infrastruktur," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019