"Berdasarkan data titik panas (hotspot) di NTT dari citra satelit MODIS Terra dan Aqua yang bersumber dari LAPAN, terdeteksi 14 titik panas di wilayah NTT," kata Kepala Stasiun El Tari, Agung Budiono Abadi kepada Antara di Kupang, Minggu.
Ke-14 titik panas tersebut, tersebar di tujuh kabupaten yakni Kabupaten Alor, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur, katanya.
Menurut dia, titik panas terbanyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur yakni sebanyak enam titik yaitu di wilayah Hahura, Lewa, Paberiwai masing-masing satu titik dan Tabundung tiga titik.
Dia mengatakan, analisis data titik panas (hotspot) ini menggunakan data dengan tingkat kepercayaan 80 persen sepanjang Sabtu, 3 Agustus 2019.
Kondisi ini dilakukan karena SiPongi sebagai sistem monitoring kebakaran hutan dan lahan, lebih fokus untuk dapat mendeteksi indikasi kebakaran hutan dan lahan di lapangan dengan tingkat kemungkinan tertinggi.
"Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dalam luas 1 km persegi. Pada suatu lokasi di permukaan bumi akan diobservasi 2-4 kali per hari. Pada wilayah yang tertutup awan, maka hotspot tidak dapat terdeteksi," katanya menjelaskan.
Dia menambahkan, titik panas ini berpotensi besar terjadi kebakaran karena suhu udara panas, diikuti angin siang hari dan ditambah dengan kebiasaan masyarakat membakar lahan/kebun sebelum ditanami.*
Baca juga: BMKG catat 9 titik panas di NTT
Baca juga: BMKG deteksi 138 titik panas "kepung" Riau
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019