"Cukup tinggi abrasinya di pantai selatan dan temuan-temuan yang ada di lapangan salah satunya 'sabuk hijau' yang sekarang sudah mulai berkurang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banul Dwi Daryanto di Bantul, Minggu.
Menurut dia, akibat abrasi yang tinggi itu mengakibatkan 'sabuk hijau' atau pohon cemara udang yang berada sepanjang pantai terutama sisi barat tumbang dan hanyut karena diterjang gelombang pasang yang hampir setiap musim terjadi di perairan selatan.
"Faktornya banyak, kalau 'sabuk hijau' pohon cemara itu (berkurang) karena maka ke depan ini perlu direvitalisasi kembali terkait dengan sabuk hijau itu," katanya.
Dwi juga mengatakan, tingginya abrasi di pantai selatan Bantul mengakibatkan bangunan yang ada di pesisir jaraknya semakin dekat dengan pantai dari tahun ke tahun, seperti gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) di wilayah Pantai Kuwaru Srandakan.
"Karena salah satu kita menentukan bangunan TES itu. Pada waktu saya mengusulkan di 2014 dan 2015, jaraknya masih sekitar 500 meter dari bibir pantai, tapi sekarang tinggal sekitar 270 meter, berarti (garis pantai) sudah ke utara 200 meter lebih," katanya.
Ini bukti bahwa elevasi air laut karena dampak abrasi itu akan semakin berdampak pada kelestarian lingkungan yang ada di wilayah pesisir.
Oleh karena itu, kata dia, masih banyak yang perlu disempurnakan terkait dengan revitalisasi kawasan pesisir, termasuk dengan penambahan rambu-rambu dan jalur-jalur evakuasi apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan yang berakibat pada gelombang tsunami.
"Rambu dan jalur yang diperuntukkan untuk evakuasi ke depannya harus diperbaiki lagi, karena melihat potensi ancaman gempa hingga 8,8 SR yang disampaikan, mau tidak mau menjadi perhatian serius bagi kita," katanya.*
Baca juga: Kodim1615/Lombok Timur tanam mangrove cegah abrasi pantai
Baca juga: Abrasi pantai selatan Bantul sulitkan penyu bersarang
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019