• Beranda
  • Berita
  • Warga Sampit gunakan masker hadapi asap yang mulai pekat

Warga Sampit gunakan masker hadapi asap yang mulai pekat

5 Agustus 2019 10:33 WIB
Warga Sampit gunakan masker hadapi asap yang mulai pekat
Dua pelajar bersepeda menuju sekolah dengan latar kawasan Mentaya Seberang yang nyaris tidak terlihat akibat asap cukup tebal menyaput bantaran Sungai Mentaya, Senin (5/8/2019) pagi. (FOTO ANTARA/Norjani)

saya terpaksa memakainya karena asapnya mulai tebal. Tadi saja sudah mulai bersin-bersin

Kabut asap akibat kebakaran lahan yang mulai pekat membuat sebagian warga di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, memilih menggunakan masker agar terhindar dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

"Biasanya masih saya tahan karena terasa ribet kalau pakai masker, tapi hari ini saya terpaksa memakainya karena asapnya mulai tebal. Tadi saja sudah mulai bersin-bersin," kata Fadlan, warga Sampit, Senin.

Sekitar pukul 06.00 WIB asap terlihat lebih tebal dibanding hari biasanya. Pagi ini asap akibat kebakaran lahan itu terlihat mulai merata menyaput udara dan langit Kota Sampit.

Seperti terlihat di Jalan S Parman dan Achmad Yani, kawasan sekitar Taman Kota Sampit dan kawasan bantaran Sungai Mentaya, asap terlihat lebih tebal dari biasanya. Banyak pengendara, khususnya pelajar dan orangtua mereka terlihat menggunakan masker agar tidak terhirup asap bercampur debu kebakaran lahan tersebut.

Jarak pandang juga mulai berkurang. Kawasan Mentaya Seberang yang terpisah Sungai Mentaya selebar sekitar 530 meter yang biasanya terlihat jelas, pagi ini hanya terlihat samar-samar karena terhalang asap yang mulai menebal.

Sementara itu di darat, jarak pandang juga mulai berkurang meski masih cukup aman. Namun untuk mencegah terjadinya tabrakan, sebagian pengendara menyalakan lampu kendaraan agar terlihat jelas oleh pengendara dari arah berlawanan.

Asap ini diduga akibat kebakaran lahan yang masih marak di beberapa lokasi seputar kota Sampit. Selain itu, asap diduga merupakan kiriman dari kebakaran lahan cukup luas yang terjadi sepekan terakhir di kawasan selatan.

Kawasan selatan sendiri tidak terkena kabut asap karena lokasinya dekat dengan laut sehingga tiupan angin dari arah laut justru mendorong asap kebakaran lahan ke kawasan lainnya.

"Kami berharap pemerintah segera membagikan masker, khususnya ke sekolah-sekolah karena anak-anak kita ini yang sangat rawan. Mereka bersekolah pagi hari saat asap masih tebal, sementara daya tahan mereka tidak sekuat orang dewasa," pinta Rahman, warga lainnya.

Pekan lalu, Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Kotawaringin Timur membagikan 4.000 masker kepada masyarakat. Mereka menjanjikan akan kembali membagikan masker jika asap makin tebal.

"Pembagian masker bertujuan untuk mencegah meningkatnya penyakit ISPA. Kami berharap tidak sampai terjadi kabut asap parah, meski demikian kita semua harus selalu waspada. Jangan ada yang membakar lahan karena dampaknya sangat buruk terhadap kita semua," kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur Agus Mulyadi saat pembagian masker.

Sementara itu berdasarkan data yang dirilis BMKG Stasiun Haji Asan pada pukul 07.38 WIB, pantauan satelit menunjukkan terdapat 19 spot atau titik panas yang tersebar di empat kecamatan di kawasan selatan.

Titik panas terpantau tersebar di Kecamatan Teluk Sampit sebanyak 8 titik, Mentaya Hilir Selatan 2 titik, Mentaya Hilir Utara 5 titik dan Pulau Hanaut 4 titik.

Asap yang menyaput Sampit mulai berkurang menjelang siang setelah tiupan angin mulai kencang sehingga mampu mengurai kepekatan asap. Masyarakat yang beraktivitas di luar rumah diimbau menggunakan masker jika asap masih tebal.
 

Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019