Belitong, wisata dan penerbangan

5 Agustus 2019 15:20 WIB
Belitong, wisata dan penerbangan
Bupati Belitung Sahani Saleh (tengah depan) menyerahkan hadiah dan berfoto dengan pemenang stand up paddle marathon puteri, Juara 1 Catharina Jahja T, Juara 2 Eva Josefa, Juara 3 Yuliani Keyla di Pantai Tanjung Kelayang, Belitung, Minggu (4//8/2019). (Foto: ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS)
"Negeri Laskar Pelangi", Belitung, Provinsi Bangka Belitung sedang bergulat dengan keadaan untuk mewujudkan kemajuan pembangunan daerah setempat.

Setelah melejit namanya usai penerbitan novel fenomenal Laskar Pelangi karya pertama Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada 2005, kemudian difilmkan pada 2008 oleh Miles dan Mizan Productions, kabupaten ini terus menggeliat mengejar ketertinggalannya meraih mimpi.

Banyak yang penasaran setelah membaca dan menonton filmnya. Beruntung, Belitung bukan sekadar tempat bermimpi Ikal kecil (tokoh utama, Laskar Pelangi) dan teman-temannya, tetapi juga memiliki potensi wisata terpendam. Pantainya cantik, eksotis, berbatu-batu raksasa, ombak yang beragam, cenderung tenang hingga besar.

Kebudayaan Melayu yang kental, kuliner yang lezat khas Sumatra, penduduk yang ramah, kopi yang nikmat, bahkan replika SD Muhammadiyah Ikal menjadi daya tarik daerah ini.

Pulau Belitung berasal dari kata Belitong, nama sejenis siput laut. Posisinya berada di lepas pantai timur Sumatra, yang diapit oleh Selat Gaspar dan Selat Karimata. Dahulu, daerah ini terkenal dengan lada putih atau sahang. Nama sahang dipakai di sejumlah daerah, termasuk di Kalimantan.

Seperti yang diungkap dalam novel Laskar Pelangi, Belitung dikenal juga sebagai daerah tambang timah yang sudah dieksplorasi pada zaman penjajahan Belanda, pertengahan 1800-an. Mercusuar di Pulau Tanjung Lengkuas yang diresmikan pada 1882 menjadi saksi kejayaan tambang timah di daerah itu.

Wikipedia mencatat pulau ini dahulu dimiliki Britania Raya (1812), sebelum akhirnya ditukar kepada Belanda, bersama-sama Bengkulu, dengan Singapura dan New Amsterdam (sekarang bagian Kota New York).
 
Pantai Pulau Lengkuas, Belitung, Minggu (4//8/2019). (Foto: ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS)


                                                                       Tiket pesawat
Kini, saat pemerintah daerah sedang bersemangat mengembangkan pariwisata, "musibah" tiba. Harga tiket pesawat melonjak naik. Dampaknya, kunjungan wisata turun drastis hingga 60 persen.

Pesawat terbang merupakan transportasi utama untuk mendukung pariwisata kabupaten kepulauan ini. Ada KM Lawit yang menyinggahinya tetapi butuh waktu lama dan bukan pilihan para wisatawan. Kapal laut cenderung dipakai penduduk untuk masuk dan keluar dari Belitung.

Sementara, transportasi darat sudah pasti bukan pilihan, karena Belitung bukan seperti Bali yang bisa diakses oleh semua jenis transportasi, darat, laut, dan udara.

Belitung benar-benar mengandalkan transportasi udara. Ketika harga tiket melonjak, hunian hotel turut turun drastis. Kini hanya 30 persen saja.

Bupati Belitung Sahani Saleh mengatakan penurunan harga tiket pesawat dalam satu bulan ini belum memulihkan kunjungan wisatawan ke Bandara H.A.S. Hanandjoeddin International Airport di Tanjung Pandan, Belitung.

Sahani berharap, kondisi transportasi udara kembali normal.

Dia berharap semakin banyak penerbangan yang masuk, bukan hanya frekuensinya, tetapi juga maskapainya, karena bandaranya sudah bisa dilandasi pesawat berbadan lebar, Boeing 737 900

Sebagai bandara internasional, bandara yang dahulu bernama Bandara Buluh Tumbang itu sudah diterbangi pesawat dari Singapura. Sahani sedang mendekati penerbangan dari negara jiran lainnya untuk menyambangi negeri Laskar Pelangi.

Sejauh ini, baru 400.000 wisatawan yang berkunjung ke Belitung, di antaranya 35 persen dari luar negeri. Kegiatan lokal dan internasional diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata di daerah itu.

Begitu gencarnya pemerintah daerah menggarap sektor pariwisata, dalam waktu dekat empat hotel berbintang empat akan diresmikan untuk memberi kenyamanan dan menampung arus dan minat wisatawan ke daerah ini.

Mengembang wisata dinilai lebih aman dan stabil dibandingkan dengan mengandalkan kegiatan lain sebagai pemasukan, bahkan dari tambang timah sekali pun, karena harga dunia acap fluktuatif.
 
Kepala Dinas Dinas Olahraga Belitung Alkar (kedua kiri) menyerahkan hadiah dan berfoto bersama dengan pemenang kayak marathon putera perseorangan, Juara 1 Azlan Man (Malaysia, Juara 2 Mumi (Indonesia) dan Juara 3 Jules Crawshaw (Selandia Baru) di Pantai Tanjung Kelayang, Belitung, Minggu (4//8/2019). (Foto: HO/Agus Susanto)


                                                            Kemandirian ekonomi 
BPJS Ketenagakerjaan Belitung Geopark International Stand Up Paddle dan Kayak Marathon 2019 di Pantai Tanjung Kelayang, Belitung, 2-4 Agustus 2019, diharapkan menjadi pendongkrak kemandirian ekonomi, mempromosikan pariwisata, dan meningkatkan serapan tenaga kerja daerah ini.

Sahani berharap agenda itu bisa mendongkrak kunjungan hingga 50 persen. Kegiatan ini merupakan inisiasi bersama dari SEA Kayak Indonesia dan Stand Up Paddle Indonesia (SUPI), di mana BPJS Ketenagakerjaan hadir sebagai "title sponsorship".

Kejuaraan dibuka oleh Wakil Gubernur Babel Abdul Fatah dan dihadiri Bupati Belitung Sahani Saleh, Dirut BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto, Direktur Utama Perum Jasa Tirta II U. Saifudin, pejabat Kementerian Pariwisata, serta pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Belitung.

Kejuaran diikuti 150 peserta berasal dari delapan negara untuk kayak dan stand up paddle marathon, di antaranya Malaysia, Singapura, India, Selandia Baru, dan Indonesia selaku tuan rumah yang mengirimkan peserta dengan jumlah terbanyak.

Wakil Gubernur Babel Abdul Fatah berharap olahraga kayak dan stand up paddle yang semakin digemari ini dapat menjadi salah satu wisata olahraga yang berkembang di Indonesia, khususnya di Kabupaten Belitung dan Provinsi Babel.

Dia ingin melalui kejuaraan ini bisa memperkenalkan pesona wisata alam yang dimiliki Belitung dan daerah sekitarnya. Terlebih lagi. Belitung juga sedang dalam tahap penilaian kelayakan menjadi UNESCO Global Geopark oleh UNESCO.

Agus mengungkapkan alasan pihaknya hadir sebagai "title sponsorship", yakni karena kejuaraan ini sejalan dengan salah satu misi institusinya dalam mendukung pembangunan dan kemandirian perekonomian nasional.

BPJS Ketenagakerjaan sebagai pelaksana program Jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pensiun juga memiliki misi mendukung pembangunan dan kemandirian perekonomian nasional.

Salah satu wujud nyatanya melalui kegiatan BPJS Ketenagakerjaan Belitung Geopark International Stand Up Paddle dan Kayak Marathon 2019.

Pembina stand up paddle Indonesia (SUPI) itu, berharap kegiatan tersebut mendukung pengembangan pariwisata melalui wisata olahraga sekaligus mengenalkan keindahan alam dan pantai Belitung sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

Dampak lainnya, menggairahkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama UMKM yang menyerap tenaga kerja.

Di samping itu, seluruh peserta BPJS Ketenagakerjaan Belitung Geopark International Stand Up Paddle dan Kayak Marathon 2019, khususnya peserta dari Indonesia, juga telah didaftarkan ke dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

Agaknya, visi pemerintah daerah bak gayung bersambut dengan misi BPJS-TK. Gayung bersambut. Asam di gunung, garam di laut, bertemunya di belanga jua.
 

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019