Komisi V DPR RI meminta pemerintah pusat segera membangun moda transportasi pendukung Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.BIY perlu didukung jalan tol yang menghubungkan dengan Tol Trans Jawa, mulai dari Bawen ke selatan terus ke Kulon Progo atau dari Kartosuro ke Yogyakarta baru ke Kulon Progo.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo di Kulon Progo, Jumat, mengatakan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) merupakan ikcon yang luar biasa untuk DIY dan Pulau Jawa.
"Hal yang perlu disiapkan oleh pemerintah yakni konektivitas bandara dengan moda-moda transportasi yang ada. Sekarang ini, kalau mau ke Kulon Progo dari Yogyakarta, perjalanannya cukup lama. Oleh karena itu, butuh kereta yang bisa nyambung ke bandara," kata Sigit saat melakukan kunjungan kerja di BIY di Kulon Progo.
Selain itu, lanjut Sigit, BIY perlu didukung jalan tol yang menghubungkan dengan Tol Trans Jawa, mulai dari Bawen ke selatan terus ke Kulon Progo atau dari Kartosuro ke Yogyakarta baru ke Kulon Progo.
Ia mengatakan pembangunan BIY sudah hampir selesai, namun pembangunan jalan dan jalur kereta justru belum selesai. Saat ini, belum ada laporan pembebasan lahan hingga rencana detail teknis (DED) jalan tol dan kereta api.
Baca juga: Rute penerbangan di Bandara Internasional Yogyakarta bertambah
"Saya kira itu yang harus disiapkan oleh pemerintah. Nanti kami akan melakukan rapat kerja dengan kementerian terkait akan membahas itu," katanya.
Selain itu, kata Sigit, Komisi V dalam kunjungan ini untuk melihat perkembangan pembangunan bandara dan memastikan mitigasi bencana.
"Komisi V ingin memastikan progres percepatan pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta. Kami mengharapkan progres pembangunan bandara yang cepat, tapi dari sisi keamanan dan keselamatan penumpang tetap menjadi perhatian utama," kata Sigit.
Ia mengatakan akhir-akhir ini, masyarakat sering mendapatkan informasi peringatan dini dari BMKG, mulai dari gempa hingga potensi tsunami.
"Komisi V ingin memastikan bahwa BIY telah memasukkan mitigasi potensi bencana dengan kekuatan 8 SR dan tinggi gelombang delapan hingga 10 meter," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan sedang proses penyelesaian pembangunan bandara. Sesuai kontrak yang ada, dalam hal ini PT PP selesai pada Juli 2020.
"Sesuai komitmen, akhir Desember 2019 ini sudah selesai 100 persen. Bandara ini dioperasikan pada Mei 2019, dalam rangka menangkap peluang penumpang arus mudik dan arus balik, dan sampai sekarang masih berproses penyelesaiannya," kata Faik.
Baca juga: DPRD harapkan bandara Yogyakarta beroperasi penuh akhir 2019
Ia mengatakan saat ini, di BIY sudah ada tujuh penerbangan per hari yang dilakukan oleh maskapai Batik Air, Lion Air, Citilink dan AirAsia. Pembangunan BIY sudah menghabiskan anggaran Rp11 triliun, yang terdiri atas anggaran pembebasan lahan seluas 587 hektare sebesar Rp4,2 triliun dan pembangunan bandara Rp6,7 triliun.
"Dana yang dikeluarkan untuk pembangunan BIY tidak menggunakan APBN, tapi bekerja sama dengan perbankan, dan obligasi," katanya.
Dampak nyata dari pembangunan BIY, yakni pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo meningkat tajam, pada 2016 sebesar 5,2 persen, pada 2019 ini sudah menjadi 10,6 persen. Selanjutnya, angka pengangguran dari 3,5 persen sekarang menjadi 1,4 persen.
"Di BIY ini pesawat besar dan berat dapat mendarat. Harapannya pesawat luar negeri dapat ke BIY sehingga dapat meningkatkan ekspor produk DIY yang biasanya lewat Bali dan Jakarta, bisa langsung melalui BIY. Kemudian akan membuka potensi wisata DIY menjadi tujuan utama wisatawan mancanegara," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019