• Beranda
  • Berita
  • Industri petrokimia rugi Rp375 miliar akibat listrik padam

Industri petrokimia rugi Rp375 miliar akibat listrik padam

5 Agustus 2019 17:07 WIB
Industri petrokimia rugi Rp375 miliar akibat listrik padam
Ilustrasi - Pekerja melakukan monitoring pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400 ribu ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) di Cilegon, Banten, Selasa (18/6/2019). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/pd. (ANTARA FOTO/ASEP FATHULRAHMAN)

Industri petrokimia juga harus mendatangkan sumber daya manusia khusus untuk melakukan pembersihan hingga kembali menghidupkan mesin.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan total kerugian industri petrokimia mencapai 25 juta dolar AS atau setara Rp375 miliar akibat pemadaman listrik sejak Minggu (4/8).

“Kami terpaksa emergency shut down semua. Untuk seluruh industri petrokimia di Banten dan Jawa Barat terkena semua tanpa terkecuali,” kata Fajar ketika dihubungi di Jakarta, Senin.

Fajar memaparkan, prosedur pematian mesin secara tiba-tiba harus dilakukan saat aliran listrik terputus, demi keamanan.

“Prosedur selesai dilakukan hingga pukul 03.00 pagi, kemudian sekarang sedang proses cleaning. Setelah selesai, baru butuh tiga hari untuk start up kembali,” tandas Fajar.

Industri petrokimia juga harus mendatangkan sumber daya manusia khusus untuk melakukan pembersihan hingga kembali menghidupkan mesin.

Baca juga: Menperin sebut sejumlah investor asing siap masuk industri petrokimia

“Kami buang adonan setengah matang, cleaning, man power kami datangi lagi, itu banyak makan waktu,” ungkapnya.

Menurut Fajar, pasokan listrik untuk kebutuhan industri petrokimia mutlak dibutuhkan karena tidak dapat dicadangkan, mengingat besarnya aliran listrik yang digunakan.

Fajar menambahkan, hingga Agustus 2019, industri petrokimia telah mengalami pemadaman mesin mendadak sebanyak enam kali akibat gangguan listrik.

Pada 2018 hal tersebut dilakukan sebanyak dua kali. Sementara pada 2017 tidak terjadi pemadaman mesin mendadak karena pasokan listrik yang lancar.

“Kalau enam kali padam berarti kerugian 25 juta dolar AS dikalikan enam,” pungkas Fajar.

Hal ini membuat pelaku industri petrokimia bertanya-tanya terkait ketahanan PLN dalam mensuplai listrik kepada dunia industri.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan menurut Fajar adalah tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya dalam membangun industri yang padat investasi ini di dalam negeri.

“Yang paling dipikirkan adalah kepercayaan investor. Ini sebetulnya yang harus dijaga,” pungkas Fajar.
Baca juga: PLN akui masih akan ada pemadaman bergilir

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019