• Beranda
  • Berita
  • Indonesia jajaki pasar ritel minyak nabati sawit di Rusia

Indonesia jajaki pasar ritel minyak nabati sawit di Rusia

5 Agustus 2019 20:30 WIB
Indonesia jajaki pasar ritel minyak nabati sawit di Rusia
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga di Moskow, Rusia. (Mentari Dwi Gayati)

..kurangnya promosi dan kampanye negatif terkait isu minyak sawit yang tidak sehat, membuat supermarket dan pasar ritel di Rusia takut untuk memasok dan menjual minyak sawit..

Kalangan pengusaha dari Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) tengah menjajaki pasar ritel minyak nabati atau minyak goreng kelapa sawit di Rusia.

Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan bahwa upaya penjajakan akan dilakukan setelah mengetahui fakta bahwa ekspor CPO Indonesia ke Rusia sebesar 800.000 ton pada 2018 hanya digunakan untuk keperluan industri, bukan untuk konsumsi rumah tangga.

"Jadi 800.000 ton yang kita ekspor kemarin digunakan oleh industri untuk konveksioneri, speciality fat, margarin, sabun dan kosmetik, tetapi tidak dijual di ritel," kata Sahat di sela-sela kegiatan Festival Indonesia di Taman Krasnaya Presnya Moskow, Minggu malam.

Sahat menjelaskan fakta tersebut baru diketahuinya pada penyelenggaraan Festival Indonesia di Moskow pada 1-4 Agustus 2019. Di gerai Gimni yang menampilkan berbagai produk CPO Indonesia, seperti minyak goreng, minyak salmira dan margarin, pengunjung tampak antusias.

Warga Rusia yang umumnya dari kalangan ibu rumah tangga berminat untuk membeli minyak goreng sawit, namun tidak ditemukan di supermarket atau pasar mana pun di Rusia. Sebagai informasi, umumnya warga Rusia menggunakan minyak bunga matahari (sunflower oil) untuk menumis masakan.

Menurut Sahat, kurangnya promosi dan kampanye negatif terkait isu minyak sawit yang tidak sehat, membuat supermarket dan pasar ritel di Rusia takut untuk memasok dan menjual minyak sawit tersebut.

Oleh karena itu, ia mengutarakan harapannya agar Pemerintah Indonesia dan Rusia dapat melakukan kerja sama (G to G partnership) agar minyak sawit dapat masuk ke pasar ritel.

Saat ini, pemakaian CPO di Rusia sebesar 1,1 juta ton per tahun, di mana Indonesia menjadi pemasok terbesar sekitar 74,4 persen atau 800.000 ton, sedangkan sisanya dipenuhi dari Malaysia dan Rotterdam, Belanda.

"Setelah G to G, kemudian bisa dilakukan Preferences Tarif Agreement (PTA) mendahului Malaysia supaya kita dapat pasar baru di ritel," kata Sahat.

Ia memproyeksi dengan bertambahnya akses ke pasar ritel, ekspor CPO Indonesia bisa bertambah lagi sekitar 200.000-300.000 ton per tahun, menjadi 1,1 juta ton.

Pada Festival Indonesia di Moskow, minyak goreng sawit habis terjual pada hari kedua festival yang diselenggarakan pada 1-4 Agustus 2019 di Taman Krasnaya Presnya Moskow tersebut.

Setidaknya 96 botol minyak goreng laris manis di acara tersebut dengan harga jual 150 rubel (Rp33.000) untuk volume 1 liter. Padahal, biasanya minyak goreng tersebut hanya dijual Rp10.000 di Indonesia. Sementara itu, minyak salmira dijual seharga 1.000 rubel (Rp240.000) per kotak.

Baca juga: Indonesia angkat isu sawit dalam pertemuan ASEAN-UE
Baca juga: Minyak goreng Indonesia laris di Festival Moskow Rusia
Baca juga: Rusia berencana naikkan tarif pajak CPO Indonesia 20 persen

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019