Kehadiran Adania untuk menyampaikan pidato kunci pembuka festival yang akan memberikan representasi baru dari Palestina yang selama ini kita ketahui lewat media.
Kurator JILF 2019 Isyana Artharini menyebut Adania akan bercerita tentang kekayaan sastra Palestina dan bagaimana pengalaman kolektif yang sangat masif dan menjadi memori sebuah bangsa tercermin dalam karya sastra.
“Adania juga akan bercerita lebih jauh tentang pilihannya dalam berkarya, pengalaman yang membentuk tulisannya, serta apa yang ingin dicapai lewat karyanya. Pada malam yang sama juga akan diisi oleh penampilan musik dari Frau,” kata Isyana dalam konferensi pers di Balairung Balai Kota DKI Jakarta, Senin.
Selanjutnya, selama lima hari berturut-turut, JILF 2019 akan menggelar program utama simposium dan bincang-bincang yang menampilkan tema menarik dan penting dalam sastra Selatan.
“Simposium akan diadakan dua kali setiap hari yang dilanjutkan oleh perbincangan yang lebih cair mengenai tema-tema tertentu, dan perbincangan khusus dengan penulis terpilih,” kata dia.
JILF 2019 juga mengajak pelaku maupun pecinta sastra di Indonesia untuk lebih jauh terlibat dan menikmati program utama lainnya yang tak kalah menarik. Seperti Malam Pembacaan Karya, Lab Ekosistem Sastra, Pameran Bacaan Liar: Era Kolonial, dan Pasar Buku yang bekerja sama dengan Patjat Merah.
Selain itu mata acara yang istimewa adalah program Pasar Hak Cipta, sebuah program andalan JILF yang jarang ditemui di festival sastra lain.
“Pasar Hak Cipta akan mempertemukan penerbit-penerbit internasional dan nasional untuk saling mengenalkan karya dari masing-masing negara yang kali ini akan diikuti oleh lebih dari 30 penerbit,” ucap dia.
Baca juga: Anies: Jakarta harus ambil peran di kancah literasi dunia
Baca juga: Yanuar raih medali emas berkat hobi bikin meme
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019