Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pelemahan mata uang China, yuan, terhadap dolar AS bisa mempengaruhi pergerakan mata uang lainnya.Masalahnya adalah pada waktu yuan melemah, itu banyak negara di dunia juga ikut melemah
"Masalahnya adalah pada waktu yuan melemah, itu banyak negara di dunia juga ikut melemah," kata Darmin di Jakarta, Selasa.
Darmin mengatakan pelemahan yuan tersebut terjadi sebagai dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang makin memanas.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan ekspor barang China ke pasar AS dan negara-negara lainnya menjadi lebih murah.
Menurut Darmin, pemerintah belum bisa berandai-andai apabila pelemahan yuan tersebut terus berlanjut dan mempengaruhi kinerja perdagangan global ke depannya.
"Kita tidak tahu ini polanya seperti apa, tapi ini melemah dulu," ujar Darmin Nasution.
Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi terus bergerak melemah dipicu meningkatnya tensi perang dagang AS dan China.
Ketegangan perdagangan antara AS-China meningkat setelah China membalas ancaman pengenaan tarif oleh AS sebesar 10 persen terhadap barang impor China senilai 300 miliar dolar AS, yang efektif pada 1 September 2019.
China membiarkan yuan melemah menembus 7 yuan per dolar AS dan meminta perusahaan China untuk menunda impor produk pertanian dari AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, ketegangan perdagangan antara AS dan China yang kembali meningkat direspon negatif oleh pasar.
"Potensi penguatan rupiah sangat tergantung pada pergerakan mata uang yuan terhadap dolar AS. Jika China yuan masih melemah kemungkinan rupiah akan berlanjut melemah menuju Rp14.300 per dolar AS," kata Lana.
Baca juga: China balas kebijakan dagang AS, rupiah berpotensi terus tertekan
Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019