• Beranda
  • Berita
  • Belajar ke China dan India, kelola listrik dari energi baru terbarukan

Belajar ke China dan India, kelola listrik dari energi baru terbarukan

6 Agustus 2019 23:31 WIB
Belajar ke China dan India, kelola listrik dari energi baru terbarukan
Foto udara suasana kompleks PT PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban (P2B) Area Pengatur Beban (APB) Jateng-DIY di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/8/2019). Menurut PT PLN (Persero) peristiwa listrik padam pada Minggu (4/8/2019) kemarin di wilayah Jabodetabek, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah disebabkan gangguan yang terjadi pada sisi jaringan transmisi SUTET 500 kV Ungaran-Pemalang I (Span 434-435), yang mengakibatkan kegagalan transfer energi dari timur ke barat. ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.

China itu negara yang luas, kita bisa belajar

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyarankan Pemerintah Indonesia untuk belajar terkait pengelolaan energi ke China dan India, mengingat kedua negara itu berhasil dalam mengembangkan sektor energi baru terbarukan (EBT) dalam skala besar.

"Mereka mulai mengembangkan energi baru terbarukan dan jumlahnya terus meningkat," kata Mamit Setiawan saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan kedua negara itu telah mengurangi penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, lalu menciptakan EBT yang relatif terjangkau.

"China itu negara yang luas, kita bisa belajar. Sementara Eropa dan Amerika Serikat cenderung (luas wilayah) kecil," ungkapnya.

Belakangan China mendorong konstruksi energi terbarukan guna memastikan pembangkit listrik yang bersih untuk mengurangi emisi dan ketergantungan terhadap batu bara.

Akhir 2018 total kapasitas listrik terpasang di China mencapai 728 gigawatt (GW). Adapun porsi sumber energi terbarukan berjumlah 38,3 persen atau naik 1,7 persen ketimbang tahun sebelumnya.

Sementara itu di India, kapasitas listrik terpasang dari sektor tenaga surya meningkat tiga kali lipat dalam kurung waktu tiga tahun terakhir. Pencapaian itu diperkirakan akan terus berlanjut hingga 100 GW dalam enam tahun ke depan, kemudian berlanjut 175 GW sebelum 2030.

"Kita bisa belajar ke sana karena saat ini PLTU batu bara mulai dikurangi menjadi energi terbarukan," ungkapnya.

Baca juga: Indonesia butuh cadangan energi listrik, terutama untuk kota besar

Baca juga: PLN bakal potong gaji karyawan untuk bayar kompensasi listrik padam


 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019