"Tenaga guru yang dikirim ke daerah terdampak gempa itu sebanyak 73 orang, sebagian guru aparatur sipil negara (ASN) dari Labuha, sebagian lagi guru relawan," kata Kepala Diknas Halmahera Selatan Nurlela Muhammad dihubungi dari Ternate, Rabu.
Guru yang dikirim ke daerah terdampak gempa tersebar di 38 desa itu, selain akan mengajak juga akan membantu memulihkan trauma kepada para siswa akibat gempa yang menghancurkan rumah dan sekolah mereka pada Juli lalu.
Menurut dia, seluruh siswa di daerah yang terdampak gempa khususnya SD dan SMP kini sudah kembali mengikuti proses belajar mengajar, baik menggunakan tenda darurat bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maun gedung sekolah yang tidak mengalami kerusakan.
Tenda yang digunakan untuk sekolah darurat umumnya semua dibangun di sekitar lokasi pengungsian warga untuk memudahkan para siswa mengikuti kegiatan belajar sehari-hari, termasuk kegiatan lainnya yang terkait dengan proses pemulihan trauma mereka.
Sebelumnya Wakil Bupati Halmahera Selatan Iswan Hasjim mengatakan puluhan gedung SD dan SMP yang mengalami kerusakan akibat gempa pada Juli lalu akan segera direhabilitasi agar para siswa setempat tidak terlalu lama memanfaatkan tenda sebagai tempat belajar.
Rehabilitasi gedung sekolah itu diusulkan ke pemerintah pusat, karena Pemkab Halmahera Selatan memiliki keterbatasan anggaran untuk membiayai sendiri melalui APBD, terutama untuk gedung sekolah yang mengalami kerusakan berat.
Ia menambahkan, Pemkab Halmahera Selatan juga telah mengusulkan anggaran ke pemerintah pusat sedikitnya Rp40 miliar untuk pembangunan hunian sementara bagi warga korban gempa bumi di 38 desa yang rumahnya rusak berat akibat guncangan gempa berkekuatan 7,2 SR pada Juli lalu.
Sesuai pendataan Pemkab Halmahera Selatan tercatat 1.001 rumah warga yang mengalami rusak berat dan tidak bisa lagi dihuni akibat gempa tersebut dan pemiliknya kini di tampung di pengungsian sambil pembangunan hunian sementara.
Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019