"Ini hari kedua kami demonstrasi menuntut untuk memproses lebih cepat untuk penempatan kami di negara ketiga," kata pencari suaka Sam saat berunjuk rasa di Batam, Rabu.
Di Akomodasi Non Detensi Batam, tinggal sekitar 250 orang pencari suaka, yang semuanya adalah lelaki belum menikah.
Sam mengatakan, pencari suaka yang di akomodasi non detensi berbentuk menyerupai apartemen 3 lantai itu, telah tinggal di Indonesia selama 3 hingga 7 tahun.
Pencari suaka di sana berasal dari negara-negara berbeda, antara lain Sudan, Srilangka, Afganistan, Pakistan dan Somalia.
"Saya di sini sejak berumur 18 tahun, sekarang sudah 21 tahun," kata dia yang berasal dari Pakistan.
Menurut dia, waktu itu terlalu lama, karena pencari suaka tidak memiliki kepastian, apalagi setelah Australia menutup pintu untuk imigran.
Ia mengatakan selama tinggal di Indonesia, pencari suaka tidak pernah memiliki masalah dengan warga lokal. Pencari suaka juga menghormati peraturan di Indonesia.
"Kami tidak buat salah dengan orang lokal. Indonesia baik. Kami berkumpul hari ini dengan tujuan meminta PBB dan negara ketiga untuk memproses lebih cepat, menerima pengungsi," kata dia.
Pencari suaka lain, Abdullah Ibrahim juga meminta agar proses penempatan di negara ketiga dipercepat, agar mereka bisa berkarya.
Menurut dia yang berasal dari Sudan itu, pencari suaka memiliki banyak keahlian, bukan pengangguran tanpa kemampuan.
Di antara pencari suaka, kata dia, ada yang berpredikat dokter, guru, artis, penyanyi, ahli kimia, pemain sepak bola dan tenaga teknik.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019