• Beranda
  • Berita
  • Ibu Negara lepasliarkan elang bondol di Hari Konservasi Alam Nasional

Ibu Negara lepasliarkan elang bondol di Hari Konservasi Alam Nasional

7 Agustus 2019 13:58 WIB
Ibu Negara lepasliarkan elang bondol di Hari Konservasi Alam Nasional
Ibu Negara Iriana Joko Widodo (tengah) dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kiri) mendengarkan pemaparan tentang pelepasliaran Elang Bondol pada peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2019 di TWA Muka Kuning Batam, Kepri, Rabu (7/8/2019). Ibu Iriana dan Mufidah Kalla menghadiri sejumlah rangkaian acara HKAN 2019 di Batam, salah satunya pelepasliaran empat ekor Elang Bondol (Haliastur indus) yang merupakan satwa dilindungi. ANTARA FOTO/FB Anggoro/wsj.

Saya yakin semua gembira karena Ibu Negara ikut peduli dan mengajak semua peduli mangrove yang secara nyata memberikan manfaat pada masyarakat.

Ibu Negara Iriana Joko Widodo ikut merayakan puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional 2019 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Taman Wisata Alam Muka Kuning, Batam, Rabu, dengan melepasliarkan elang bondol.

Ibu Negara Iriana bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla melakukan pelepasliaran dua pasang elang bondol yang memiliki nama ilmiah Haliastur indus di Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan istri menteri Kabinet Kerja yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK) sekitar Pukul 11.40 WIB.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan konservasi sudah menjadi kepedulian umum masyarakat bangsa, menjadi titik belok kemajuan konservasi di Tanah Air.

"Saya yakin semua gembira karena Ibu Negara ikut peduli dan mengajak semua peduli mangrove yang secara nyata memberikan manfaat pada masyarakat. Dalam diskusi G20, Ibu Negara juga sudah menjelaskan mangrove Indonesia," ujar Siti.

Perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ditetapkan diperingati setiap 10 Agustus, dan peringatan kali ini mengangkat tema Spirit Konservasi Alam Milenial yang dibarengi dengan kegiatan Jambore Konservasi Alam Nasional diikuti ratusan siswa SMA dari sejumlah sekolah di Kepulauan Riau.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno mengatakan TWA Muka Kuning seluas 900 hektare dipilih karena masih terjaga kelestariannya di tengah kawasan industri Batam. Harapannya lokasi ini dapat terintegrasi dengan lokasi wisata di Kepulauan Riau.

HKAN 2019 yang mengangkat tema Spirit Konservasi Alam Milenial, menurut dia, memiliki makna spirit konservasi juga harus dimiliki generasi milenial. Setidaknya 400 pegiat konservasi terlibat dalam kegiatan itu.

Sebelumnya ia mengatakan milenial sebenarnya punya peran penting untuk konservasi. Untuk generasi muda milenial, dirinya minta mendukung konservasi, praktik wisata alam yang bertanggung jawab, baik itu di gunung, pantai dan dalam laut.


Elang bondol

Haliastur indus merupakan spesies burung pemangsa dari famili Accipitridae. Fisiknya berukuran sedang, antara 43-51 sentimeter (cm), memiliki sayap yang lebar dengan ekor pendek dan membulat ketika membentang.

Bagian kepala, leher dan dadanya berwarna putih, sisanya berwarna merah bata pucat, bagian ujung bulu primer berwarna hitam, dan tungkai berwarna kuning. Pada individu anak secara keseluruhan berwarna coklat gelap, pada beberapa bagian bergaris-garis putih mengkilap.

Penyebaran satwa yang memiliki habitat alami di area tepi laut yang berlumpur, seperti hutan mangrove, muara sungai dan pesisir pantai ini, mencapai India, China selatan, Asia tenggara, Indonesia, Australia. Sedangkan di Indonesia, penyebarannya ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua.

Elang bondol termasuk dalam CITIES Apendiks II. Burung ini sering diburu untuk dijual, sehingga terancam punah .

TWA Muka Kuning memang merupakan salah satu habitat elang bondol sehingga pelepasliaran satwa ini memiliki kesempatan berkembang di lokasi itu.
Baca juga: Walhi Sumut: lindungi satwa elang bondol
Baca juga: 10 Agustus Hari Konservasi Alam Nasional

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019