• Beranda
  • Berita
  • Dishut Sulteng akui ada kebakaran lahan pengembalaan

Dishut Sulteng akui ada kebakaran lahan pengembalaan

7 Agustus 2019 22:25 WIB
Dishut Sulteng akui ada kebakaran lahan pengembalaan
Kepala Dinas Kehutanan Sulteng Nahardi (tengah) mengikuti rapat koordinasi percepatan program reforma agraria penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan HPK tidak produktif sebagai sumber tanah objek reforma agraria dari kawasan hutan di Jakarta, Senin (5/8/2019). (ANTARA/FAUZI LAMBOKA)

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sulawesi Tengah Nahardi mengakui jika ada kebakaran lahan penggembalaan di daerahnya periode Januari hingga Juli 2019.

“Lahan yang terbakar merupakan tradisi masyarakat untuk penggembalaan, tepatnya di Kabupaten Poso,” kata Nahardi dihubungi di Jakarta, Rabu.

Nahardi menegaskan kebakaran itu merupakan tradisi masyarakat yang sengaja membakar lahan, agar tumbuh rumput yang baru dan dijadikan lokasi penggembaalan ternak mereka.

“Jadi bukan hutan yang dibakar,” ujarnya.

Sebelumnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat luas indikatif kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sebesar 135.747 hektare sejak Januari hingga Juli 2019.

“Luas Indikatif Karhutla dilakukan melalui perhitungan mengunakan Interpretasi Citra Satelit Landsat OLI/TIRS, yang di overlay dengan data sebaran titik panas (hotspot), sampai verifikasi groundcheck di lapangan dan laporan pemadaman yang dilaksanakan Manggala Agni,” jelas Kepala Seksi Peringatan dan Deteksi Dini, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Eva Famurianty dalam diskusi Pojok Iklim LKHK di Jakarta, Rabu.

Luas indikatif Karhutla sebesar 135.747 hektare itu terdiri dari lahan gambut sebanyak 31.002 hektare dan lahan mineral 104.746 hektare.

Sejumlah provinsi di Pulau Sulawesi yang tercatat mengalami Karhutla untuk lahan mineral di antaranya Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 441 hektare, Sulawesi Tengah sebesar 216 hektare, Sulawesi Tenggara sebesar 490 hektare, Sulawesi Utara sebesar 513 hektare, Sulawesi Barat sebesar 195 hektare dan Gorontalo 28 hektare.

Eva menjelaskan walaupun BMKG memperkirakan el nino tahun 2019 lemah, tetapi yang perlu diwaspadai adalah hari tanpa hujan (HTH) yang begitu panjang antara 30 sampai 120 hari. Bahkan kata dia, beberapa daerah dengan HTH sudah di atas 120 hari.

“Bisa dibanyangkan dengan kelembaban udara yang sangat rendah dan partikel udara bertebaran dimana-mana, kalau sedikit saja ada api, bisa menjadi ancaman kebakaran besar,” jelas Eva.
Baca juga: KLHK: 135.747 hektare luas Karhutla sejak Januari-Juli 2019
Baca juga: Satgas : Puntung rokok berpotensi picu Karhutla
Baca juga: Relawan PMI dikerahkan membantu memadamkan karhutla di Banjar Kalsel

Pewarta: Fauzi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019