“Ya (sulit dicapai) karena momen-momen besar seperti puasa, lebaran, pemilu, libur sekolah, dan lain sebagainya yang diprediksi mampu memperkuat ekonomi sudah lewat,” katanya saat ditemui di Hotel Aryaduta, Rabu.
Di sisi lain, ternyata momentum Lebaran Idul Fitri dan Pemilhan Umum yang terjadi pada triwulan II 2019 pun tidak cukup mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
“Justru jika berdasarkan data ternyata menunjukkan bahwa selama 7 tahun terakhir Lebaran enggak selalu bisa dioptimalkan untuk menarik pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Menurut Eko, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 akan mencapai 3,14 persen secara kuartalan (qtq) karena diambil dari rata-rata pertumbuhan kuartal III pada dua tahun terakhir sejak memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
“Kemungkinan besar di angka 3,14 persen. Sementara triwulan IV diprediksi akan lebih rendah dibanding triwulan III 2019,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui adanya tren perlambatan ekonomi pada kuartal II 2019 yaitu sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan pencapaian pada periode sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen (yoy) ataupun pencapaian kuartal I 2019 yang sebesar 5,07 persen (yoy).
“Kita jadi tahu kan kalau betapa tidak selalu momentum Lebaran berhasil membuat lompatan dan akselerasi. Lebaran itu kadang bisa naik, kadang biasa saja, kadang lebih rendah,” katanya.
Meski demikian, Eko mengatakan bahwa meskipun target 5,3 persen tetap sulit dicapai, namun ia menilai bahwa Indonesia berkesempatan mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen dengan memanfaatkan momen-momen yang tersisa untuk mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV.
“Kalau kita berkaca dari tahun lalu ya misalkan Natal, libur akhir tahun apalagi kalau liburnya panjang itu akan agak mendorong, lalu Harbolnas itu juga penting,” jelasnya.
Salah satu momentum yang bisa dimanfaatkan secara maksimal adalah adanya hari belanja online nasional (Harbolnas), namun tidak semata-mata hanya mengedepankan produk impor.
Menurutnya, seharusnya melalui Harbolnas bisa menjadi wadah bagi para pelaku UMKM atau sektor lokal dalam mengembangkan bisnisnya.
“Bagaimana acara tersebut sering diadakan namun menjemput sektor lokal jadi masyarakat itu spending tapi untuk menyerap produk-produk lokal agar menimbulkan aktifitas di skala-skala UMKM,” ujarnya.
Baca juga: Indef: Lebaran dan Pemilu tak pengaruhi pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Menko optimis pertumbuhan ekonomi akan sesuai target
Baca juga: Airlangga: Kinerja industri tumbuh positif, minat ekspansi tinggi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019