“Polusi udara menjadi lebih berbahaya karena tidak kasat mata sehingga seringkali diabaikan oleh ibu hamil. Namun mengingat dampaknya, upayakan untuk meminimalisir paparan polusi udara ini," kata Dokter Merwin Tjahjadi, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dalam siaran pers, Kamis.
Ia menekankan pentingnya memperhatikan indeks kualitas udara ketika berencana untuk beraktivitas di luar ruangan serta menghindari aktivitas di luar ruangan di siang hari karena saat itulah polusi udara tertinggi.
Baca juga: Anak-anak dan ibu hamil rentan terkena penyakit karena polusi udara
Selain itu, upayakan memilih lingkungan hijau ketika berolahraga atau beraktivitas di luar ruang.
"Alat penyaring udara juga bisa digunakan untuk membantu membersihkan udara ketika Anda sedang berada di dalam ruangan,” tambah dr. Merwin.
Dia menyampaikan beberapa potensi berbahaya yang dapat muncul bila ibu hamil dan wanita pada umumnya terlalu banyak terpapar udara berkualitas buruk, antara lain:
• Berat badan lahir rendah
• Meningkatkan risiko kelahiran prematur
• Meningkatkan risiko bayi dengan kelainan cacat bawaan.
• Infeksi saluran pernapasan atas dan asma: Polusi udara buruk dapat memicu terjadinya infeksi saluran pernapasan atas ataupun pencetus asma pada ibu hamil.
• Meningkatkan risiko kardiovaskular maupun hipertensi dalam kehamilan akibat proses pengapuran plasenta.
• Masalah fertilitas: Beberapa studi telah membutikan bahwa polusi udara terbukti memberikan dampak bagi berkurangnya tingkat fertilitas, baik pada wanita maupun pria
Perempuan yang sedang mengandung pada trimester awal harus lebih waspada. Risiko keguguran akipat terpapar polusi udara dapat meningkat pada usia kehamilan yang masih muda. Sebaiknya gunakan masker pernapasan yang layak ketika beraktivitas di luar ruang dan pantau selalu kualitas udara di sekitar.
Baca juga: Menjaga tubuh tetap sehat di tengah polusi udara
Pada anak
Tak hanya ibu hamil, anak-anak juga rentan terhadap udara berkualitas buruk. Anak-anak bernapas lebih cepat dibanding orang dewasa sehingga mereka akan menghirup lebih banyak polusi per kilogram berat badan dari udara berkualitas buruk.
Anak berada dalam periode penting perkembangan sehingga pajanan racun dapat menyebabkan efek negatif. Anak juga mempunyai kebiasaan menjelajah dan beraktivitas di luar ruangan sehingga tergolong populasi yang rentan menghirup atau terpapar polusi udara.
“Pengaruh polusi udara yang paling umum pada anak yaitu iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya,” papar dr. Wahyuni Indawati, dokter spesialis anak konsultan respirologi RS Pondok Indah – Pondok Indah.
“Risiko perburukan penyakit paru akan lebih tinggi pada anak yang memiliki penyakit sebelumnya seperti asma, pneumonia, penyakit jantung, gangguan imunitas, malnutrisi, dan lain-lain.”
Dokter Wahyuni juga membagikan beberapa panduan untuk meminimalisir dampak kualitas udara yang buruk pada anak, yakni menghindari beraktivitas di sekitar jalan raya yang penuh dengan kendaraan.
Ganti filter pendingin udara secara rutin. Pakaikan masker dengan ukuran yang sesuai anak lalu ganti masker jika sudah tampak kotor. Apabila kualitas udara sedang sangat buruk, sebaiknya anak-anak tetap beraktivitas di dalam ruangan saja.
Dia juga menganjurkan untuk menghindari aktivitas dalam rumah yang dapat menambah kontaminasi seperti merokok di lingkungan sekitar rumah karena akan memperburuk dampak polusi udara dan dampak paparan asap rokok bagi anak.
Pastikan juga status hidrasi anak cukup, anjurkan untuk banyak minum agar saluran napas tetap lembab dan lendir tetap encer. Orangtua juga bisa memasang alat penyaring udara (air purifier) dapat membantu membersihkan udara di dalam ruangan.
Baca juga: Alasan masker KN95 ampuh tangkal polusi Jakarta
Baca juga: Gerakan Ibu Kota tuntut pemerintah berikan udara bersih
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019