Defisit transaksi berjalan Indonesia meningkat menjadi 3,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar 8,44 miliar dolar AS pada kuartal II-2019, dari 6,96 miliar dolar AS pada kuartal I 2019 karena penurunan kinerja ekspor ditambah faktor musiman repatriasi dividen atau pembagian keuntungan perusahaan ke luar negeri di paruh kedua tahun ini.
"Kenaikan defisit transaksi berjalan dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga komoditas yang turun," kata Bank Indonesia dalam statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal II 2019 yang diumumkan di Jakarta, Jumat.
Oleh karena defisit transaksi berjalan yang melebar, NPI atau "Balance of Payment" Indonesia juga menjadi defisit dua miliar dolar AS di kuartal II 2019. Secara tahun berjalan sejak awal tahun hingga akhir semester I 2019 ini, NPI masih mencatatkan surplus 0,4 miliar dolar AS.
Sebagai gambaran, dalam komponen neraca transaksi berjalan, terdapat neraca transaksi perdagangan barang, neraca jasa, neraca pendapatan primer dan juga neraca pendapatan sekunder.
Dari keempat komponen tersebut, pos perdagangan barang dan pendapatan primer adalah dua komponen yang paling menekan transaksi berjalan pada kuartal II-2019.
Defisit neraca pendapatan primer di paruh kedua tahun ini mencapai 8,7 miliar dolar AS atau meningkat dibanding kuartal II-2018 yang sebesar 8,02 miliar dolar AS. Hal ini karena faktor musiman peningkatan kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.
Di pos perdagangan barang, setelah tekanan pada ekspor migas, kinerja ekspor nonmigas juga terkontraksi sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor nonmigas tercatat 37,2 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 38,2 miliar dolar AS.
Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi 3,2 miliar dolar AS dari 2,2 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idul Fitri dan libur sekolah.
Baca juga: Presiden Jokowi akui defisit transaksi dan perdagangan persoalan besar
Baca juga: BI naikkan sasaran defisit transaksi berjalan ke 2,5-3 persen PDB
Baca juga: CORE: Industri manufaktur perlu ditata untuk atasi defisit transaksi
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019