"Penggunaan FAME (Fatty Acid Methyl Eter) 44 persen dari kuota," kata Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan pemerintah menargetkan alokasi FAME sebagai biodiesel mencapai 6,2 juta kiloliter pada tahun ini.
"Pencapaian itu sudah 97,4 persen dari target," ujarnya.
Angka pencapaian 97,4 persen sejak Januari hingga Juli 2019 itu menunjukkan bahwa realisasi program mandatori B20 belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 100 persen.
Program mandatori merupakan langkah pemerintah mewajibkan campuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen bahan bakar minyak jenis solar. Program ini telah dimulai sejak Januari 2016, bertujuan mengurangi defisit, mengurangi kuota impor bahan bakar minyak, dan menghemat devisa negara.
B20 awalnya hanya pada solar subsidi untuk angkutan darat, kemudian penerapan diperluas ke semua jenis solar yang digunakan seluruh sektor pekerjaan mulai September 2018.
"Kalau kita melihat harga MoPS untuk diesel dikalikan volume FAME yang sudah terdistribusikan itu sekitar 97 persen, maka penghematannya sekitar 1,66 miliar dolar dari Januari sampai Juli," ujar Archandra.
Untuk memaksimalkan penyerapan B20, lanjut dia, pemerintah akan berusaha agar bahan bakar ramah lingkungan ini dapat terserap optimal di sektor transportasi maupun industri.
Baca juga: Mobil listrik dinilai berpotensi menggantikan kendaraan dengan B20
Baca juga: Penyaluran biodiesel akan dipantau sistem teknologi informasi
Baca juga: Gapki sebut penyerapan biodiesel semester I 2019 capai 3,29 juta ton
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019