Bantuan yang sudah dapat belum cukup, sebab rata-rata bahan makanan yang ada di rumah-rumah warga ada yang terseret banjir, juga terendam lumpur.
Para korban bencana alam banjir dan longsor di Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, hingga kini masih membutuhkan bantuan bahan makanan, air bersih, pakaian, peralatan rumah tangga dan selimut karena banyak yang kehilangan tempat tinggal dan isi rumah diterjang bencana alam itu.
"Saya sendiri pak tidak ada lagi tempat tinggal karena rumah dan perabot dalam rumah telah hanyut diseret banjir bandang yang terjadi pada 13 Agustus 2019 tersebut," kata Anwar, salah seorang korban asal Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Kamis (15/8).
Ia mengatakan sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk membantu para korban bencana banjir di Kecamatan Kulawi.
Ada belasan rumah warga yang tersebar di Dusun Sadaunta, Desa Sapo dan Namo, Kecamatan Kulawi, hanyut diterjang banjir. Selain itu juga banyak rumah warga yang rusak karena bencana alam banjir dan tanah longsor.
Dia mengaku sehari setelah bencana alam melanda Kecamatan Kulawi, sudah ada bantuan bahan makanan yang disalurkan Pemkab Sigi dan beberapa lembaga kemanusiaan.
Baca juga: Pascabanjir, aparat dan warga sigi bergotong royong bersihkan lumpur
Tetapi itu, kata dia, belum cukup, sebab rata-rata bahan makanan yang ada di rumah-rumah warga ada yang terseret banjir, juga terendam lumpur.
Karenanya, korban sangat membutuhkan bantuan dari berbagai pihak yang peduli atas musibah alam yang menghajar sejumlah desa di Kecamatan Kulawi.
Banjir dikarenakan hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir ini.
Rata-rata warga yang menjadi korban banjir di Kecamatan Kulawi selama ini hidup bergantung dari hasil komoditi pertanian seperti jagung,ubi-ubian dan komoditi kakao dan kopi serta kemiri.
Desa Namo merupakan desa di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi yang berbatasan langsung di kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dan selama ini menjadi salah satu desa binaan dari Balai Besar TNLL.
TNLL sendiri ditetapkan sebagai kawasan cagar biosfer dunia oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang Unesco pada Tahun 1977.
Baca juga: Belasan rumah di Sigi hanyut terseret banjir bandang
Baca juga: Tiga permukiman warga di Sigi diterjang banjir
Pewarta: Anas Masa
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019