China pada Rabu (14/8) kembali menyatakan bahwa protes di Hong Kong menyamai "terorisme" dan bentrokan lain di jalan terjadi setelah kondisi yang kacau dan buruk di bandar udara dua hari lalu, ketika pemrotes membekuk dua orang yang mereka curigai sebagai simpatisan pemerintah.
Polisi dan pemrotes saling berhadapan di jalan-jalan pusat keuangan itu pada malam hari, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis. Polisi anti-huru-hara dengan cepat menembakkan gas air mata saat reaksi mereka terhadap demonstran makin keras.
Sepuluh pekan bentrokan rusuh yang meningkat antara polisi dan pemrotes telah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis terburuk sejak kota itu dikembalikan dari Inggris kepada kekuasaan China pada 1997.
Protes tersebut merupakan salah satu tantangan paling besar buat Presiden China Xi Jinping sejak ia memangku jabatan pada 2012 dan tak memperlihatkan tanda mereda.
Baca juga: Bandara Hong Kong kembali dibuka pascabentrokan
Presiden AS Donald Trump mengaitkan kesepakatan dagang dengan China dengan protes yang diselesaikan "secara manusiawi", dan bahkan menyatakan ia bersedia bertemu dengan Xi untuk membahas krisis tersebut.
Departemen Luar Negeri AS sebelumnya menyatakan sangat prihatin mengenai laporan bahwa pasukan polisi China berkumpul di dekat perbatasan dengan Hong Kong dan mendesak pemerintah kota itu agar menghormati kebebasan berbicara.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian pada Rabu menyeru pemerintah Hong Kong agar melakukan pembicaraan lagi dengan pemrotes untuk menemukan penyelesaian damai, sementara Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mendesak China agar menangani protes itu dengan bijaksana.
Operator Bandar Udara Hong Kong mengatakan kegiatan penerbangan normal direncanakan dilanjutkan pada Kamis tapi peningkatan pengamanan akan tetap dilakukan di bandar udara internasional di kota tersebut. Pada Rabu, pihak bandar udara mengatakan satu permohonan buat diadakannya protes di terminal harus diajukan lebih dulu dengan "Letter of No Objection" dari polisi.
Belum jelas apakah bentrokan rusuh telah mengikis dukungan luar negeri yang sejauh ini telah diperoleh oleh gerakan itu di Hong Kong. Pemrotes juga telah memukul ekonomi kota tersebut, yang mulai goyah.
Perusahaan penelitian Capital Economics mengatakan protes itu bisa mendorong Hong Kong ke dalam resesi, dan resiko yang meningkat mengenai "hasil yang bahkan lebih buruk jika peningkatan lebih lanjut menyulut aliran modal ke luar". Pasar properti di Hong Kong akan mengalami pukulan keras, katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Asosiasi Jurnalis China kecam kekerasan terhadap wartawan di Hong Kong
Baca juga: Inggris kecam kekerasan di Hong Kong, desak dialog
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019