"Soal kabinet kali ini yang harus berisi anak muda milenial, saya kira itu sangat politis, karena bisa saja menteri dari generasi tua yang memahami jiwa milenial atau bisa saja memang menterinya dari kalangan anak muda," kata Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan wacana menteri dari kaum milenial yang akan mengisi kabinet kerja Jokowi-Ma'ruf Amin lebih tahun ke depan.
Baca juga: Pengamat: Komposisi profesional di kabinet lebih banyak itu terobosan
Baca juga: Pengamat: Presiden perlu cermat dan hati-hati membentuk kabinet
Baca juga: Presiden: Komposisi kabinet 55 persen kalangan profesional
Menurut dia, hal yang paling penting adalah Jokowi tidak boleh tunduk pada tekanan partai politik dalam menyusun kabinet kerja lima tahun ke depan.
"Jika Jokowi tunduk pada tekanan partai politik, maka secara langsung Jokowi sudah mengorbankan martabatnya, sebagai seorang presiden di negara dengan sistem presidensial," kata Mikhael Bataona.
Pandangan sedikit berbeda disampaikan pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, MSi yang mengatakan, langkah Jokowi merekrut kaum milenial dalam kabinet merupakan keputusan yang berani bahkan melawan arus.
"Ini hanya bisa dilakukan ole pemimpin yang nekat tanpa memperhitungkan risiko," katanya.
Artinya, jika Jokowi mampu mewujudkannya maka akan tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang selalu berpihak pada kaum milenial, dan Jokowi bukan hanya melempar wacara namun mampu mempraktikannya, katanya menambahkan.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019