Riset yang terintegrasi diharapkan dapat menghasilkan inovasi dan rekomendasi terkait pengelolaan ekosistem pesisir dan samudera yang strategis.
Coral Reef Rehabilitation Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) dan Konsorsium Riset Samudera (KRS) memulai riset potensi kemaritiman untuk membangun sektor kelautan di Indonesia.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan pendanaan dalam konsorsium menggunakan pinjaman lunak luar negeri sekitar 116 juta dolar Amerika, yang dipergunakan untuk mendapatkan dua kapal yang besar pada fase pertama sebagai dasar untuk memulai riset samudra.
“Satu kapal sekitar 85 meter yang diproduksi sekitar 26 bulan. Sehingga kita harapkan tahun 2022 sudah masuk ke Indonesia. Kemungkinan bulan depan kita sudah membuka proposal riset dari semua pihak, sehingga kita bisa mendesain program bersama konsorsium di awal tahun depan,” kata Handoko saat ekspose COREMAP-CTI dan KRS yang di Jakarta, Kamis.
Handoko mengatakan KRS merupakan salah satu sains besar (big science), karena pendanaan dibutuhkan sangat besar khususnya untuk operasional dan perawatan. Selain itu, karakter riset yang melibatkan banyak orang.
Agenda riset tersebut telah dijalankan dengan melakukan kolaborasi lintas instansi dan lembaga penelitian yang beranggotakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, LIPI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, Badan Informasi Geospasial Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional hingga Pushidros TNI AL.
“Setidaknya melibatkan sekitar 88 perguruan tinggi yang ada fakultas kelautannya,” kata Handoko.
Baca juga: Konsorsium riset nasional sesuai visi-misi Presiden Joko Widodo
Berdasarkan Laporan Lembaga Program Lingkungan PBB (UNEP), nilai ekonomi dari wilayah Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Initiative) mencapai angka USD14 miliar yang berasal dari sektor pariwisata, perikanan dan pemanfaatan infrastruktur pantai.
Nilai tersebut memiliki potensi perkembangan mencapai USD37 miliar di 2030 apabila kondisi ekosistem terumbu karang terus terkelola dengan baik. Dari proyeksi jumlah tersebut, sebesar USD2,6 miliar merupakan nilai aset yang akan dimiliki Indonesia.
Aspek riset menjadi bagian yang penting terhadap upaya pelestarian sumberdaya kelautan, ekosistem terkait, dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
“Riset yang terintegrasi diharapkan dapat menghasilkan inovasi dan rekomendasi terkait pengelolaan ekosistem pesisir dan samudera yang strategis,” kata Handoko.
Dia menjelaskan wadah riset tersebut bertumpu pada program prioritas nasional dengan mengklasterisasi riset terdiri dari keanekaragaman hayati dan konservasi, ketahanan pangan, ketahanan energi, geosains kelautan, serta observasi laut dan iklim.*
Baca juga: LIPI : Indonesia akan bentuk konsorsium riset samudera
Pewarta: Fauzi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019