• Beranda
  • Berita
  • Dolar bangkit menguat, didukung beberapa data terbaru ekonomi AS

Dolar bangkit menguat, didukung beberapa data terbaru ekonomi AS

16 Agustus 2019 06:55 WIB
Dolar bangkit menguat,  didukung beberapa data terbaru ekonomi AS
Ilustrasi: Dolar Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Thomas White/aa.

Dengan seluruh dunia meluncur ke jurang, angka penjualan ritel Juli menunjukkan konsumen AS bangkit kembali untuk menyelamatkan sekali lagi

Kurs dolar Amerika Serikat (AS) menguat moderat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya dan pulih dari pelemahan awal terhadap safe-haven yen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena data penjualan ritel AS yang lebih baik dari perkiraan mengurangi kekhawatiran bahwa ekonomi AS dapat menuju resesi.

Kekhawatiran atas resesi telah melonjak pada Rabu (14/8/2019), mendorong kenaikan mata uang Jepang terhadap greenback, setelah kurva imbal hasil surat utang AS terbalik untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.

Namun, yen mundur pada Kamis (15/8/2019) setelah data menunjukkan penjualan ritel AS melonjak pada Juli, membantu meredakan kekhawatiran pasar keuangan tentang ekonomi AS, yang telah menikmati ekspansi terpanjang dalam sejarah negara itu.

"Dengan seluruh dunia meluncur ke jurang, angka penjualan ritel Juli menunjukkan konsumen AS bangkit kembali untuk menyelamatkan sekali lagi," Michael Pearce, ekonom senior AS di Capital Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.

Penjualan ritel AS naik pada Juli karena konsumen membeli sejumlah barang bahkan ketika mereka mengurangi pembelian kendaraan bermotor, yang dapat membantu meredakan ketegangan pasar keuangan tentang kesehatan ekonomi AS.

Dolar naik 0,11 persen terhadap yen.

Indeks dolar AS, yang melacak greenback versus euro, yen, sterling dan tiga mata uang utama lainnya, naik 0,11 persen menjadi 98,095, mendekati level tertinggi dua minggu.

Pasar obligasi AS terus menunjukkan tanda kehati-hatian dengan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 30-tahun merosot ke rekor terendah di bawah dua persen dan obligasi pemerintah bertenor 10-tahun yang menjadi acuan turun ke palung tiga tahun pada Kamis (15/8/2019).

Pembalikan bagian dari kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS minggu ini akan "akan bertahan selama periode waktu tertentu" yang akan diambil sebagai sinyal bearish untuk ekonomi AS, Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan pada Kamis (15/8/2019).

Di tempat lain, mata uang crown Norwegia melemah setelah bank sentral negara itu, Norges Bank, mengatakan prospek kebijakannya sekarang lebih tidak pasti, meningkatkan keraguan apakah akan menaikkan suku bunga pada 2019 nanti.

Crown tergelincir mendekati level terendah 18 tahun terhadap dolar AS.

Dolar Australia naik 0,47 persen menjadi 0,6779 dolar AS setelah data menunjukkan ekonomi Australia telah menambahkan perkiraan 41.100 pekerjaan baru pada Juli.

Namun, ketika perang perdagangan China-AS menimbulkan kekhawatiran akan resesi global, bisnis menghadapi risiko terperangkap dalam lingkaran setan yang terjadi dengan sendirinya, seorang bankir bank sentral Australia memperingatkan.

Sementara itu, sterling naik 0,42 persen terhadap dolar AS, dibantu oleh penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan dan berita bahwa oposisi Partai Buruh Inggris telah memulai upayanya untuk menjatuhkan Perdana Menteri Boris Johnson dan menghentikannya mengambil Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Harga emas perpanjang kenaikan, investor beralih ke aset yang aman

Baca juga: Wall Street ditutup bervariasi, investor cerna data terbaru ekonomi AS




 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019