Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol Condro Kirono menyebut pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menemui kendala sumber air jauh dari titik panas.air juga kadang-kadang dari titik panas atau kebakaran itu jauh
"Kesulitannya adalah memang sekarang cuaca cukup panas, kemudian tempat pengambilan air juga kadang-kadang dari titik panas atau kebakaran itu jauh," tutur Condro Kirono di Pangkalan Udara Direktorat Polisi Udara Baharkam Polri, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Jumat.
Menurut dia, meriam air melalui helikopter yang diturunkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Riau dan Sumatera Selatan sudah dilakukan penambahan dan dinilai cukup.
Satgas darat yang melakukan pemetaan titik panas pun terus berkoordinasi dengan satgas udara untuk memadamkan karhutla.
Baca juga: Untuk pemadaman lahan di Palangka Raya sumur bor tak bisa digunakan
Untuk penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan, ia menyebut kepolisian telah memproses puluhan kasus dan tersangka yang terdiri atas individu dan korporasi.
"Diberikan apresiasi siapa pun yang bisa menangkap tangan, apakah itu TNI, masyarakat, kalau menangkap tangan pelaku pembakaran hutan dan lahan ini akan diberikan apresiasi," tutur Condro Kirono.
Tim asistensi diturunkan ke wilayah-wilayah rawan karhutla, seperti Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Jambi.
"Kemudian juga Bapak Panglima TNI menyampaikan akan menambah personel, Pak Kapolri sama," kata dia.
Baca juga: KLHK segel 18 lahan konsesi milik perusahaan
Sebelumnya Kepala BNPB Doni Monardo meminta Polri lebih berani menegakkan hukum dan menindak pelaku pembakaran hutan dan lahan karena penindakan hukum terhadap pelaku pembakaran dinilai masih belum maksimal.
"Kebakaran hutan dan lahan penyebabnya 99 persen dilakukan manusia. Polri harus lebih berani dalam penegakan hukum," kata Doni.
Doni mengatakan solusi pengendalian karhutla, terutama di provinsi rawan seperti Riau, adalah dengan melaksanakan operasi yang melibatkan pasukan gabungan yang ditempatkan di wilayah yang sering terjadi bencana.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019