"Ini pertama kalinya kami mengadakan kegiatan dengan konsep permainan karena selama ini perayaan HUT RI cenderung diadakan dengan tema perlombaan, makanya kami ingin tampil lain," kata Ketua Karang Taruna unit 09 Kelurahan Kenari Dave Martin Pelmelay, saat ditemui di Jakarta, Sabtu. Ia juga menjadi ketua panitia dan penanggung jawab acara yang meriah itu.
Baca juga: Anies harap HUT Ke-74 RI jadi pendorong peningkatan SDM di Jakarta
Baca juga: HUT ke-74 RI, TMII pecahkan rekor dunia
Ia mengatakan jika mengadakan kegiatan dengan konsep lomba, maka hanya ada peringkat satu, dua dan tiga. Namun, konsep permainan di HUT Ke-74 RI tidak demikian.
Penyelenggaraan beragam kegiatan HUT Ke-74 RI itu juga meriah dengan diikuti para peserta terutama anak-anak di sekitar RW 09 yang membentang di sepanjang Jalan Kramat V hingga tepi Sungai Ciliwung dekat Jalan Raden Saleh, Kecamatan Senen.
Sebagai contoh, makan kerupuk yang disiapkan panitia khusus bagi anak-anak diikuti peserta dengan begitu antusias. Tali yang dibentang melintang di depan Asrama Remaja Direktorat Perhubungan TNI AD di Jalan Kramat V itu sudah dipenuhi anak-anak yang akan berlomba.
Masih ada lagi lomba pindah batu bagi anak-anak usia di bawah lima tahun yang dimenangi Deo.
Khusus untuk stan bazaar, masyarakat setempat menjajakan beragam aneka kuliner daerah di antaranya makanan khas Ambon yaitu ampas terigu, kacang gula, ketan siram dan ketan unti.
Selain itu, juga terdapat berupa ragam masakan khas Manado, di antaranya kue lemper, bubur manado, kue panada dan ayam woku, aneka jenis jus buah, tahu berontak, mainan anak-anak, busana, hingga makanan ringan lain.
Di antara peserta bazaar yang turut adalah Tasha Tukidjo yang membawa brand Bullate, bersama-sama peserta lain.
Melengkapi suguhan "menu" juga terpajang aneka masakan dari Pulau Jawa yaitu karedok, gado-gado dan lainnya. "Para ibu-ibu ini juga menyediakan nasi uduk, nasi kuning hingga rujak belanda," kata Dave, yang sibuk memberi pengarahan kepada beberapa anggota timnya.
Secara turun-temurun kawasan Jalan Kramat V dan sekitarnya memang menjadi pemukiman yang didominasi warga keturunan Maluku dan Minahasa, yang senantiasa memelihara identitas asal-usul mereka dan berbaur secara harmonis dengan warga dari kalangan lain. Kekhasan ini menjadi suatu kekayaan entitas budaya tersendiri di sana.
Di antara tim itu adalah Johannes Luthers (Jojo), Immanuel Roboth, Pierre Manoppo, Leonardo Humasse, Kenneth Eman, Prilly Pangemanan, Jonathan Pelmelay, Andrew Pelmelay yang bertanggung jawab soal bazaar. Mereka mendapat dukungan moril dan nasehat dari sesepuh karang taruna setempat, di antaranya Joyce Lengsang, Bram Titaley, dan Ruben Pelmelay.
Baca juga: Anies jadi Irup upacara HUT ke-74 RI di Pulau D Reklamasi
Uniknya, panitia kegiatan sama sekali tidak memungut biaya kepada masyarakat yang menjajakan aneka makanan dan minuman tersebut. Hal itu dilakukan dalam rangka memeriahkan HUT ke-74 RI itu.
Siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam bazaar dipersilakan namun meja-mejanya diundi panitia. Walhasil hampir seperempat Jalan Kramat V di mana terdapat bangunan-bangunan rumah dari masa kolonial Belanda itu dinaungi tenda.
Selain itu, perayaan hari kemerdekaan tidak hanya dirasakan oleh anak-anak yang sibuk dengan aneka permainan, di antaranya pesta bola yang perangkatnya didatangkan secara khusus oleh panitia penyelenggara.
Anak-anak bergembira mengerumuni perangkat yang satu ini, bahkan sejak masih belum didirikan. Amadeus Marboen (tiga tahun) juga ada antara anak-anak itu yang sangat antusias ingin bermain di perangkat itu.
Namun bukan cuma warga usia muda yang bergembira karena warga senior setempat setempat juga larut dengan momen peringatan 74 tahun Ibu Pertiwi merdeka dari penjajah.
Suasana kemerdekaan kian pekat dan terasa karena masih banyak dijumpai bangunan peninggalan Belanda yang berdiri kokoh di sekitar pemukiman warga RW 09 di Jalan Kramat V itu.
Kehadiran bangunan-bangunan lama itu kerap menarik perhatian wisatawan dan peneliti Barat, yang ingin menelusuri berbagai hal terkait sejarah Indonesia dan Belanda serta hal lain terkait.
Baca juga: Pencari suaka tonton peringatan HUT ke-74 RI lewat ponsel
Sementara itu, Magda Pattisina (51 tahun) salah seorang masyarakat setempat asal Ambon mengatakan kegiatan perayaan HUT Ke-74 RI membawa berkah bagi warga setempat. Beragam berkah yang didapatkan mulai dari segi ekonomi, sosial, kerukunan, semangat nasionalisme, hingga persatuan dan kesatuan anak bangsa.
Masyarakat setempat khususnya di RW 09 di Jalan Kramat V itu, kata dia, merasa antusias dengan berbagai kegiatan bertema HUT Ke-74 RI itu. "Ya setiap tahun kami di sini memang mengadakan kegiatan perayaan hari kemerdekaan," katanya.
Momen itu sekaligus kesempatan bagi dia dan banyak warga lain setempat untuk terus mengenalkan aneka kuliner asli Ambon sebagai bentuk pelestarian budaya daerah.
Masyarakat Ambon yang menetap di Jakarta, kata dia, pada umumnya banyak mencari makanan khas dari kampung halaman atau yang mendekati, katakanlah babi rica, babi kecap, dan pinurangsa. Di Jakarta, rumah makan masakan khas Maluku/Ambon memang tidak sebanyak rumah makan masakan khas Manado.
Acara tidak berhenti saat matahari tenggelam karena panggung musik masih terus menyuguhkan berbagai penampilan, di antaranya Stefanus Pelmelay (Boy) dengan kelompok musik Bright Side-nya yang membawakan lagu-lagu khas anak muda.
Juga kelompok Rudi Lerryck, Bram Titaley, dan kawan-kawan yang membawakan He Ain't Heavy He's My Brother yang dulu dipopulerkan The Hollies. Perpaduan lagu-lagu lawas dan masa kini bisa berjalan baik.
Malam semakin bergerak, acara demi acara dari panggung hiburan terus mengalir, diselingi menari bersama secara meriah tarian pergaulan Gemu Famire dengan pemandu acara Rudy Lerryck dan juga diikuti lurah Kenari.
Hingga sangat malam, warga setempat bahu-membahu bergembira merawat kebhinnekaan Indonesia.
Baca juga: Upacara 17 Agustus petugas Lapas Pondok Bambu berpakaian adat
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019