Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nina Artanti mengatakan Indonesia merupakan sumber potensial untuk penemuan obat baru karena memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah.Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang melimpah berupa flora, fauna dan mirkro di daratan dan lautan merupakan sumber yang potensial untuk pencarian obat baru
"Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang melimpah berupa flora, fauna dan mirkro di daratan dan lautan merupakan sumber yang potensial untuk pencarian obat baru," kata Nina dalam orasi pengukuhan Profesor Riset yang berjudul "Peran Uji Bioaktivitas untuk Penelitian Herbal dan Bahan Aktif untuk Obat Berbasis Keanekaragaman Hayati", Jakarta, Selasa (20/8).
Keanekaragaman hayati Indonesia menduduki urutan kedua di dunia setelah Brazil dan urutan pertama jika biota laut ikut diperhitungkan. Dari sekitar 30.000 spesies tumbuhan yang ada di Kepulauan Indonesia, diperkirakan 9.600 spesies adalah tumbuhan obat, tetapi baru sekitar 300 spesies yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Lebih dari 8.000 produk telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai jamu, tetapi baru terdapat sekitar 60 produk obat herbal terstandar dan 21 produk fitofarmaka.
Baca juga: BPOM: tiga industri baru perkuat suplai bahan mentah obat
Menurut Nina, struktur industri farmasi Indonesia belum optimal terbatas pada formulasi. Hampir 90 persen bahan baku yang digunakan di industri farmasi adalah hasil impor. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian pada 2016, Indonesia mengimpor bahan baku obat terbanyak dari China, India dan kawasan Eropa.
"Walaupun keanekaragaman hayati Indonesia begitu melimpah, saat ini sebagian besar bahan baku obat Indonesia masih bergantung pada impor," ujarnya.
Untuk mendukung Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 mengenai kemandirian bahan baku obat, Nina menuturkan sudah seharusnya pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia yang ada di darat dan di laut perlu ditingkatkan.
Nina mengatakan Indonesia memiliki banyak herbal yang telah digunakan secara turun-temurun, tetapi dokumentasi terkait khasiatnya hanya berupa data empiris. Oleh karena itu, perlu dilakukan bioaktivitas untuk mendapatkan pembuktian ilmiah dari khasiat herbal itu.
"Uji bioaktivitas merupakan salah satu tahapan penting baik untuk pembuktian ilmiah khasiat herbal atau pun dalam penemuan dan pengembangan obat," tuturnya.
Ada berbagai macam uji bioaktivitas yang dapat dimanfaatkan yaitu bioaktivitas antioksidan, antidiabetes, sitotoksik dan antibakteri.
Baca juga: Tren obat hewan berbahan herbal tekan penggunaan antibiotik
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019