"Sampai saat ini sudah ada 232.000 pohon yang terdampak limbah minyak mentah," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) setempat Wawan Setiawan, di Karawang, Selasa.
Ia mengatakan, dalam menghitung dampak limbah minyak mentah terhadap tanaman bakau, satuannya bukan hektare. Tapi dihitung jumlah pohon yang terdampak.
Sesuai dengan pendataan dan laporan yang diterima di lapangan, kata dia, satuannya bukan hektare tapi jumlah pohon yang terdampak.
Sebanyak 232.000 pohon mangrove di sejumlah titik pesisir utara Karawang saat ini terkena dampak limbah minyak mentah milik Pertamina.
Sementara itu, Ketua Karawang Explore, Hadid Suherman sebelumnya menyampaikan tumpahan minyak mentah dari sumur blok YYA-1 milik Pertamina mengancam terumbu karang, jika musim angin laut berubah arah.
"Saat ini angin laut masih mengarah ke wilayah barat, tetapi jika angin laut sudah mengarah ke wilayah timur, maka ancaman terhadap terumbu karang akan terjadi," kata dia.
Menurut dia, kerusakan pada terumbu karang bisa merugikan wilayah Karawang.
Selain sebagai objek wisata dan sejarah adanya bangkai kapal peninggalan VOC, terumbu karang di Karawang juga memiliki potensi penghasil oksigen yang tinggi bagi kehidupan.
"Jadi Pertamina harus menyelesaikan secepatnya tumpahan minyak mentah ini. Karena akan mengancam terumbu karang, ketika angin laut berubah arah," katanya.
Baca juga: Sejumlah muara sungai di Karawang masih tercemar limbah minyak mentah
Baca juga: Ridwan Kamil imbau nelayan tak jual ikan tercemar minyak Pertamina
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019