Pakar: Bajakah harus diteliti lebih lanjut

21 Agustus 2019 10:55 WIB
Pakar: Bajakah harus diteliti lebih lanjut
Ilustrasi - Peneliti obat kanker dari tanaman Bajakah, Yazid Rafli Akbar (pertama kiri), Aysa Aurelia Maharani (kedua kanan), dan Anggina Rafitri (pertama kanan) berfoto bersama usai diberi piagam penghargaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy di Jakarta, Sabtu (17/8/2019). Mereka diberi penghargaan atas prestasi memenangkan medali emas bidang Life Sciences pada ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan. ANTARA/Abdu Faisal/aa.

FKUI punya pengalaman yang cukup banyak dalam meneliti herbal dan melihat dampak kesehatan pada manusia

Penemuan tanaman Bajakah sebagai obat kanker oleh siswa SMA di Palangka Raya harus ditindaklanjuti dengan penelitian lebih jauh untuk memastikan kandungan dan khasiat secara klinis, kata akademisi dan praktisi klinik Prof dr Ari Fahrial Syam. 

"Penemuan ini harus di-'follow up', FKUI punya pengalaman yang cukup banyak dalam meneliti herbal dan melihat dampak kesehatan pada manusia," katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Prof Ari yang merupakan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, menyebutkan penelitian mengenai tanaman Bajakah masih memerlukan waktu yang panjang untuk mengetahui komponen apa dari getah Bajakah yang berefek positif pada sel kanker.

Baca juga: Kisah Yazid, peneliti obat kanker dari tanaman Bajakah

Dia mengatakan penelitian siswa SMAN 2 Palangka Raya yang menguji kandungan Bajakah di laboratorium dan menguji cobanya pada hewan mencit atau tikus putih merupakan praklinik, baru awal dari banyak tahapan penelitian yang harus dilakukan.

Ia mengungkapkan saat ini salah satu tim Human Cancer FKUI yang dipimpin oleh Prof Dr. rer. physiol. dr. Septelia Innawati PhD baru saja mendapat tiga paten seputar terapi kanker payudara.

Salah satunya paten kerja senyawa bahan alam Andrografolida yang awalnya bersumber dari daun sambiloto. Andrografolida tersebut dapat meningkatkan apoptosis sel punca kanker payudara melalui penekanan protein survivin (studi in silico dan in vitro).

Saat ini mahasiswa S3 Biomedik FKUI akan melakukan uji in vivo dengan Andrografolida. Proses untuk patennya itu membutuhkan waktu empat tahun.

"Saya tentu berharap terus dilakukan penelitian untuk melihat kandungan apa yang ada pada getah Bajakah ini, dilakukan isolasi dan setelah ditemukan komponen aktifnya dilakukan penelitian in vitro di tingkat sel. Dan jika terbukti efektif, lanjut ke penelitian in vivo dengan animal," kata dia.

Ari mengemukakan setelah penelitian getah Bajakah lolos pada uji praklinik, bisa berlanjut ke uji klinik. Uji Klinik sendiri akan melakukan empat tahap dimulai dari orang normal sampai dampak obat ini setelah sampai di pasar.

"Butuh waktu, kalau kita fokus dan memang menghasilkan sesuatu tentu ini akan membawa manfaat untuk penemunya dan bermanfaat untuk orang banyak," kata dia.

Prof Ari mengapresiasi temuan siswa SMAN 2 Palangka Raya yang mendapatkan medali emas pada kompetisi internasional World Invention Creativity Olympic (WICO) di Korea atas penelitian tanaman Bajakah yang terbukti menghilangkan sel kanker pada hewan percobaan.

"Saya sebagai akademisi dan peneliti mengapresiasi penemuan siswa ini. Tentu ini membawa kebanggaan tersendiri buat kita semua," kata dia.

Baca juga: Tanaman bajakah tak bisa keluar Kalteng kecuali untuk riset
Baca juga: Kalteng khawatirkan eksploitasi berlebihan Akar Bajakah

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019