• Beranda
  • Berita
  • DKI canangkan gerakan Sampah Tanggungjawab Bersama

DKI canangkan gerakan Sampah Tanggungjawab Bersama

25 Agustus 2019 19:59 WIB
DKI canangkan gerakan Sampah Tanggungjawab Bersama
Anies menanam tanaman di sepanjang jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (Galih Pradipta)
Provinsi DKI Jakarta mencanangkan gerakan masyarakat Samtama atau sampah tanggungjawab bersama untuk mengurangi dan mengolah sampah sejak dari sumber.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam keterangannya, yang diterima Minggu, mengatakan pada tahap awal, sebanyak 22 RW di Jakarta menjadi pelopornya yang nantinya, gerakan ini akan diaplikasikan ke seluruh RW se-Jakarta.

Baca juga: Instalasi batu gabion pengganti Getah Getih dipercantik

Baca juga: Anies sebut lidah mertua salah satu upaya kendalikan pencemaran udara

Baca juga: Anies: pencopotan kain waring untuk tangani polusi

Baca juga: Pengamat: Anies terlambat bila terapkan uji emisi tahun 2020


"Bapak dan ibu memulai sesuatu yang baru. Di Jakarta ada 2.927 RW yang berkumpul hari ini hanya 22 RW. Jumlahnya masih kecil, tapi jangan remehkan jumlah yang kecil. Jumlah yang berkumpul di sini adalah yang pertama untuk memulai gerakan baru untuk mengelola sampah di Ibukota," kata Anies dalam pengarahannya kepada ratusan relawan Samtama di Balaikota.

Anies menekankan, pengelolaan sampah memerlukan perubahan pola pikir masyarakat. Perubahan mindset bahwa kota bukan hanya sekedar terlihat bersih dan rapi dengan mengirimkan sampahnya ke TPST Bantargebang, tapi mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah.

"Kita harus memulai kegiatan pengurangan sampah dengan aktifitas 3R (reduce kurangi, reuse - guna ulang, recycle - daur ulang)," katanya.

Pegelolaan sampah, lanjut Anies, dimulai sejak dari selesai digunakannya suatu barang, lalu muncul residu atau sisa. Sisa tersebut biasa disebut sampah, padahal, sisa dari suatu kegiatan merupakan material bagi kegiatan berikutnya.

"Karena kita tidak mengolahnya, maka kita sebut itu sampah," katanya.

Anies mengungkapkan, salah satu ciri masyarakat modern adalah budaya memilah sampah. Pemilahan merupakan tahap penting dalam mengolah residu, sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Sampah organik yang terpilah dapat diolah menjadi kompos menggunakan lobang biopori ataupun komposter. Sampah Anorganik yang terpilah dapat ditabung melalui bank sampah untuk selanjutnya di-recycle di industri daurulang.

"Di kota-kota maju dunia, kita akan menemukan bagaimana seluruh masyarakat mengurus sampahnya. Sampah bukan saja diurus oleh pemerintah karena yang menghasikan sampah kita semua," kata Anies.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih, saat dihubungi mengatakan Pemprov DKI Jakarta sedang menjalankan peran city 4.0 dengan menyediakan platform bagi warga agar bisa berperan membangun kota dan bergerak bersama.

"Dinas Lingkungan Hidup bersama Tim Pengerak PKK membuat platform pengelolaan sampah dengan sebutan Samtama atau Sampah Tanggung Jawab Bersama ini," kata Andono.

Andono menjelaskan, kegiatan Samtama terbagi menjadi dua bagian, yaitu Laskar Samtama dan Kampung Samtama.

Kampung Samtama diisi oleh warga RW setempat yang memiliki inisiatif untuk memperbaiki pengelolaan sampah di kampungnya. Kampung Samtama ini telah menjaring 330 relawan di 22 RW.

Sedangkan, Laskar Samtama telah diseleksi sebanyak 209 dari 429 orang yang mendaftar untuk menjadi relawan. Ke 209 orang itu terdiri dari 185 relawan umum dan 24 relawan dokumentasi.

Relawan Laskar Samtama berasal dari beragam profesi, seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, pegawai swasta, guru, seniman, bahkan ada ASN Pemprov DKI Jakarta.

Relawan Laskar Samtama akan diajak ke TPST Bantargebang untuk melihat pengolahan sampah secara langsung, sekaligus untuk mengikuti sesi edukasi mengenai pengelolaan sampah.

Kegiatan Samtama juga melibatkan komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, khususnya pengelolaan sampah.

"Kami bersyukur di Jakarta banyak orang baik yang ingin bergerak bersama untuk membenahi Jakarta melalui kerelawanan," ucap Andono menambahkan.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019