Kepindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara seperti yang diumumkan Presiden Joko Widodo Senin ini, diyakini akan memperlancar akses jalan trans Kalimantan.Apabila jalan ke Mahulu sudah tembus yang diikuti dengan pembangunan infrastruktur dasar lainnya, maka dengan sendirinya kemajuan akan dicapai karena akses ekonomi menjadi lancar, seperti produk lokal akan mudah dijual ke luar daerah. Komoditas yang
"Dampaknya bukan hanya di dua kabupaten ini dan kawasan terdekat, tapi jalan ke kawasan perbatasan, yakni dari Kutai Barat ke Mahakam Ulu yang saat ini belum tembus juga akan terbuka," ujar Ketua Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (PKPPKD) Universitas Mulawarman Samarinda Dr Aji Sofyan Effendi di Samarinda, Senin.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur dasar secara masif di Kalimantan merupakan keniscayaan, termasuk ke Mahakam Ulu (Mahulu) yang berbatasan dengan Malaysia, karena kebutuhan infrastruktur jalan merupakan hal prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur yang akan dipenuhi adalah semua struktur dan fasilitas dasar baik berupa fisik maupun sosial seperti bangunan, jalan, jembatan, jaringan listrik, air bersih, dan komunikasi untuk mendukung kegiatan masyarakat.
Baca juga: Kepala Bappenas: pemindahan ibu kota paling lambat 2024
Baca juga: Pemerintah pindahkan ibu kota karena beban di Pulau Jawa berat
Kepindahan ibu kota baru, lanjutnya, pasti akan diikuti pada pengembangan di daerah sekitarnya karena merupakan keniscayaan, sehingga kondisi ini tentu menguntungkan kabupaten/kota secara umum yang dimulai dari daerah terdekat yang secara pasti akan terus berkembang.
Saat ini, ujar Aji, untuk menuju Ujoh Bilang, Kabupaten Mahulu masih susah karena harus melalui Sungai Mahakam baik menggunakan kapal maupun kapal cepat (speedboat) dari Kabupaten Kutai Barat, mengingat belum ada alternatif jalan lain baik darat maupun udara.
Namun, ke depan setelah Ibu kota negara pindah, jalan akan tembus ke Mahulu. Syukur kalau sebelum ibu kota pindah, namun jalan darat sudah tembus, sehingga setelah benar-benar pindah, maka tinggal melakukan peningkatan jalan karena prinsip pemindahan adalah untuk pemerataan pembangunan.
"Apabila jalan ke Mahulu sudah tembus yang diikuti dengan pembangunan infrastruktur dasar lainnya, maka dengan sendirinya kemajuan akan dicapai karena akses ekonomi menjadi lancar, seperti produk lokal akan mudah dijual ke luar daerah. Komoditas yang diangkut dari luar daerah juga harganya akan lebih murah," ucapnya.
Aji yang juga pengamat ekonomi ini melanjutkan, investasi juga akan masuk ke Mahulu seiring tercukupinya infrastruktur, karena selama ini investor masih berpikir jika ingin menanamkan modalnya mengingat biaya yang masih tinggi.
Menurutnya, hingga kini angka incremental capital rasio (icor) alias produksi, konsumsi dan distribusi barang/jasa di Mahulu masih tinggi, sehingga kondisi ini jelas menghambat investasi.
"Secara umum, icor Provinsi Kaltim tinggi di kisaran 2,5 persen hingga 3 persen, sementara di Jawa dengan icor 2 persen karena tercukupinya infrastruktur sehingga investor lebih banyak memilih Jawa. Ketika nanti ibu kota pindah, maka icor di Kaltim, termasuk Mahulu akan menurun yang berdampak positif terhadap pengembangan ekonomi," ujar Aji.*
Baca juga: Ridwan Kamil nilai desain ibu kota baru Indonesia kurang tepat
Baca juga: Sulbar siap jadi penunjang pembangunan ibu kota baru
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019