• Beranda
  • Berita
  • Harga bawang murah di Bantul hanya yang berkualitas rendah

Harga bawang murah di Bantul hanya yang berkualitas rendah

27 Agustus 2019 08:53 WIB
Harga bawang murah di Bantul hanya yang berkualitas rendah
Tanaman bawang merah (Foto Kementan)

Serangan ulat daun menyebabkan sebagian bawang merah kualitasnya rendah, terpaksa petani menjual dengan harga murah ke pedagang untuk dilempar ke pasar konsumsi

Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan harga bawang merah hasil panen petani yang dijual dengan harga murah hanya yang berkualitas rendah akibat faktor cuaca dan serangan hama penyakit.

"Serangan ulat daun menyebabkan sebagian bawang merah kualitasnya rendah, terpaksa petani menjual dengan harga murah ke pedagang untuk dilempar ke pasar konsumsi," kata pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Bambanh Pin Erwanta di Bantul, Selasa.

Pihaknya sudah mensosialisasikan pola tanam kepada petani bawang merah di wilayah ini agar bisa mendapatkan harga yang pantas saat panen, tetapi pihaknya tidak membantah adanya bawang merah petani yang hanya sekitar Rp5.000 per kilogram, namun dirinya menegaskan bahwa bawang merah tersebut kualitasnya rendah.

Bahkan, panen bawang merah di lahan pantai wilayah Kecamatan Sanden musim tanam ini kurang menggembirakan, dan rendahnya hasil panen dan kualitas bawang merah ditengarai akibat cuaca dingin dan serangan ulat daun yang menyerang tanaman bawang merah di lahan pantai.

"Hasil panen bawang merah dari lahan pantai Sanden sudah tersalur ke pasar Yogyakarta, Solo, Bandung dan kota-kota lain. Karena kualitas yang kurang bagus, bawangnya juga tidak mampu disimpan lama di gudang, pastinya petani rugi," katanya.

Dia menjelaskan, luas lahan bawang merah di wilayah Kabupaten Bantul sekitar 600 hektare tersebar di beberapa kecamatan, dengan paling luas di Kecamatan Kretek seluas 250 hektare, disusul Sanden seluas 200 hektare dan sisanya di wilayah Imogiri yang dikenal dengan bawang merah organik.

"Luas lahan pantai di Sanden sendiri sebenarnya hanya sekitar 15 hektare. Secara pola tanam, jadwal panen di lahan pantai memang lebih duluan, lalu disusul yang di lahan sawah," kata Bambang.

Pihaknya memastikan pertanaman bawang merah di lahan sawah ratusan hektare saat ini dalam kondisi baik, sehingga dia yakin saat panen raya akhir Agustus hingga awal September nanti harganya normal karena kondisi tanamannya memang bagus, tidak seperti yang di lahan pantai.

Menurut dia, petani di wilayahnya sudah menanam bawang merah sejak dulu, bahkan kawasan selatan Bantul seperti Sanden, Kretek, Imogiri dan sebagian Srandakan sudah terkenal sebagai sentra bawang merah, varietas yang ditanam beragam mulai dari Biru Lancor, Lokal Crok Kuning, Super Philip dan varietas Tajuk.

"Kebetulan saat ini informasinya di Nganjuk juga lagi memasuki musim panen raya, lebih dari 3.000 hektare, Brebes dan Kuningan juga panen. Tetapi harganya masih relatif stabil normal. InsyaAllah panen di sini nanti petani mendapat harga yang normal," katanya.

Baca juga: Perusahaan benih di Belanda bantu petani kembangkan bawang merah

Baca juga: Prihatin harga murah, petani bagikan bawang merah ke pengguna jalan

Baca juga: BI dukung pemanfaatan bahan organik untuk penanaman bawang merah

 

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019