"Beliau lebih mengagumi arsitekturnya," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo usai mendampingi Raja Malaysia naik Candi Borobudur di Magelang, Rabu.
Ganjar menuturkan kunjungan Raja Malaysia ke Candi Borobudur betul-betul dalam konteks pariwisata saja, Raja Malaysia datang bersama permaisuri dan ketiga putrinya naik ke stupa besar paling atas.
Baca juga: Permaisuri Raja Malaysia membatik di Keraton Yogyakarta
"Untuk permaisuri ternyata beliau sudah pernah ke sini sekian tahun lalu, sedangkan buat raja ini baru pertama kali," katanya.
Ganjar menuturkan tanggapan raja terhadap Candi Borobudur luar biasa, dari cerita mengagumi arsitekturnya dan tentu siapa yang datang ke sini, apakah eksis atau tidak, jadi luar biasa tanggapannya tadi.
Menyinggung apakah ke depan ada tindak lanjut kerja sama, Ganjar menyampaikan untuk sementara ini belum ada tetapi dari Kementerian Pariwisata sudah bicara karena kemarin sudah bertemu Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Raja Malaysia bertemu Sultan HB X di Keraton Yogyakarta
Pemandu dari Balai Konservasi Borobudur Panggah Ardiansyah yang juga mendampingi Raja Malaysia menyampaikan dirinya menjelaskan sejarah Candi Borobudur mulai dari dibangun kemudian sejarah restorasinya, sejarah konservasinya dari mulai Raffles kemudian Pemerintah Belanda sampai dengan Pemerintah RI.
Menurut dia hal yang paling disuka raja ketika naik ke atas candi, yakni pemandangan dari atas yang sangat bagus.
"Beliau juga menyaksikan Bukit Menoreh, beliau suka berfoto di stupa atas, jadi beberapoa kali untuk berfoto baik sendiri maupun dengan permaisuri dan putri-putrinya," katanya.
Baca juga: Jokowi-Raja Malaysia bahas sawit hingga kolaborasi Pertamina-Petronas
Ia menuturkan Raja Malaysia sangat kagum dengan Candi Borobudur, karena sudah dibangun ratusan tahun lalu tanpa bantuan alat-alat modern dan bisa dibangun sebesar ini sebagai candi terbesar di dunia.
"Beliau tadi langsung mengajak naik ke atas tidak berhenti, raja sangat kagum dengan Borobudur terutama karena sudah dibangun ratusan tahun lalu tanpa menggunakan alat-alat seperti zaman modern sekarang, dengan tenaga tangan manusia sudah bisa dibangun candi semegah ini," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019