Kepala LPP RRI Palu Zakral Mutzaini saat peluncuran program tersebut, di Palu, Kamis, mengatakan mitigasi bencana penting dilakukan sejak dini sebagai upaya memberikan pengetahuan tentang bahaya dampak ditimbulkan agar terbangun motivasi sadar bencana di tengah masyarakat.
"Saat situasi darurat terkadang sistem teknologi jaringan informasi tidak berfungsi, maka alat tradisional kentongan menjadi alternatif sebagai penanda atau pengingat yang penggunaannya sangat sederhana, hal itu juga sesuai budaya kita," ungkap Zakral.
Dia mengatakan program mitigasi bencana berbasis kentongan sudah dirancang secara nasional bersama lima kepala RRI, yakni RRI Mataram, Padang, Jakarta, Surabaya termasuk RRI Palu serentak dilaksanakan di tanah air dengan tujuan menjadikan masyarakat tangguh bencana dengan dukungan pemerintah daerah serta pihak lainnya.
Rencananya, program mitigasi itu akan disiarkan melalui saluran radio RRI Palu setiap hari mulai pukul 20.20-21.00 WITA untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam merespon dan mengurangi dampak risiko ditimbulkan bencana.
Menurut Dia, radio siaran merupakan satu diantara bentuk media yang menjadi alternatif strategis untuk melakukan komunikasi kepada masyarakat guna membangun kultur budaya sadar bencana, upaya berkelanjutan dan lintas generasi diperlukan membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi serta mengurangi risiko becana.
"Secara internal kami juga sudah menyediakan rambu-rambu atau jalur evakuasi di kantor RRI Palu termasuk titik kumpul jika sewaktu-waktu terjadi situasi darurat bencana," katanya.
Kepala Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu Presly Tampubolon menjelaskan, berangkat dari peristiwa gempa, tsunami dan likuifaksi 28 September 2018 yang memorak-porandakan Palu dan sekitarnya dapat dijadikan pelajaran sejak dini perlu membangun kesiapsiagaan secara individu, keluarga hingga masyarakat luas menuju kota tangguh bencana.
Menurutnya, potensi gejolak alam di Kota Palu bukan lagi hal baru, di mana secara geografis Ibu Kota Sulawesi Tengah tepat berada di jalur aktif atau patahan sesar Palu Koro, karenanya perlu kewaspadaan dan mengenali gejala-gejala acaman.
"Kita belum mampu meminimalisir risiko yang ditimbulkan oleh peristiwa alam. Kita juga perlu berdamai dengan bencana sehingga jika sewaktu-waktu terjadi diluar dugaan paling tidak kita sudah tau langkah apa yang perlu dilakukan," kata Presly.
Pada peluncuran program tersebut, LPP RRI Palu mengahadirkan pemerintah Sulawesi Tengan dan Kota Palu serta lembaga terkait dan pemangku kepentingan lainnya termasuk masyarakat. Pada kesempatan itu dilakukan satu kegiatan simulasi mitigasi.
Baca juga: Wali Kota apresiasi program siaran tanggap bencana RRI
Baca juga: Akademikus sebut manfaatkan kentongan untuk peringatan dini bencana
Baca juga: Lurah-Kades di Pandeglang diperintahkan siapkan kentongan informasi bencana
Pewarta: Muhammad Hajiji/Moh Ridwan
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019