• Beranda
  • Berita
  • Makanan khas 1 Muharram, tumpeng dan apem hingga bubur suro

Makanan khas 1 Muharram, tumpeng dan apem hingga bubur suro

31 Agustus 2019 11:14 WIB
Makanan khas 1 Muharram, tumpeng dan apem hingga bubur suro
Warga membawa bubur Asyura yang akan dibagikan kepada warga lainnya saat tradisi membagi bubur asyura di komplek makam Sunan Kudus, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/9). (ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO)
Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram yang jatuh pada 1 September besok lekat dengan sajian kuliner khas yang berbeda dari setiap daerah di Indonesia.

Hal ini sama seperti perayaan Idul Fitri yang identik dengan opor atau perayaan Imlek yang dengan sajian khas kue keranjang.

Salah satu kuliner khas saat 1 Muharram ialah tumpeng dengan berbagai lauk pauk. Biasanya masyarakat di Semarang, Jawa Tengah menyajikan makanan itu dalam sebuah perayaan.

Nantinya tumpeng akan disantap masyarakat bersama-sama dalam balutan tradisi "Kembul Bujana" atau tradisi menyantap tumpeng secara bersama-sama.

Baca juga: Di Semarang 310 tumpeng sambut 1 Muharram

Tradisi menyajikan tumpeng juga dilakukan masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka biasanya menggelar ritual "Gerebeg Tumpeng Agung" setiap tiga tahun sekali di bulan Suro atau Muharram dan pada tanggal 20 Suro.

Tumpeng agung dibuat dengan lima jenis, yakni dua tumpeng nasi gunungan yang terdiri dari nasi kuning dan nasi putih, satu tumpeng berisi palawija, satu tumpeng berisi jajan pasar, dan tumpeng berisi buah-buahan. Nantinya tumpeng diarak keliling kampung.

Selain tumpeng, ada juga kue apem. Masyarakat di Jawa biasanya menyajikan kue apem pada 1 Muharram. Kue ini terbuat dari tepung beras, santan dan gula jawa.

Baca juga: Warga Banyuwangi gelar "Gerebeg Tumpeng Agung"
 
Warga mengarak gunungan palawija berkeliling kampung di Pekulo, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (20/9). Sebanyak 20 tumpeng raksasa dan gunungan hasil bumi itu, diarak untuk menyambut perganian tahun Islam (Muharram) bulan Suro. (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)


Berbeda dengan di Jawa, masyarakat Gorontalo biasanya menyajikan kue apangi atau apem pada tanggal 10 Muharram. Bahan dasar kue ini tepung beras dan gula merah.

Gula merah melambangkan darah, keberanian atau pengorbanan sementara kue apem berwarna putih sebagai simbol kesucian.

Kuliner lainnya, bubur Suro atau asyuro yang salah satunya disajikan masyarakat di Jawa pada malam menjelang 1 Muharram. Bubur itu terbuat dari beras, santan, garam, jahe, dan serai.

Di Jawa, bubur ini dilengkapi kuah opor ayam dan sambal goreng labu siam. Ada juga yang menambahkan taburan tujuh jenis kacang, bulir-bulir jeruk bali atau delima, irisan ketimun dan lembaran daun bawang.

Sementara itu, masyarakat Ki Gede Ing Suro Kota Palembang, Sumatera Selatan, menyajikan bubur itu pada 10 Muharram dan menjelang Ramadhan.

Bubur suro itu ditambah berbagai rempah yang menjadi bumbu utama dalam proses pembuatannya seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop dan minyak makan.

Baca juga: "Nganggung bersama" tandai perayaan tahun baru Islam

Baca juga: Jalan Merdeka Barat-Bundaran HI ditutup saat Jakarta Muharram Festival

Baca juga: Jalan Merdeka Barat-Bundaran HI ditutup saat Jakarta Muharram Festival

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019