• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Jangan berolahraga jika jantung berdegup kencang

Dokter: Jangan berolahraga jika jantung berdegup kencang

4 September 2019 19:20 WIB
Dokter: Jangan berolahraga jika jantung berdegup kencang
Dokter spesialis kedokteran olahraga dr Zaini K Saragih Sp.KO memberikan pemaparan terkait kesehatan olahraga di Kementerian Kesehatan Jakarta, Rabu (4/9/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)

sebelum olahraga harus ukur heart rate, harus di bawah 100

Dokter spesialis kedokteran olahraga dr Zaini K Saragih Sp.KO mengingatkan kepada masyarakat agar jangan berolahraga jika jantung sedang berdegup kencang atau deg-degan karena risikonya sangat berbahaya.

Dr Zaini menjelaskan di Jakarta, Rabu, seseorang dilarang berolahraga jika detak jantungnya berdegup lebih dari 100 detak jantung per menit.

"Sebelum olahraga harus ukur heart rate, harus di bawah 100. Kalau di atas 100, duduk dulu sampai turun," kata Zaini.

Jika orang tersebut tetap memaksakan olahraga saat detak jantungnya berdegup kencang, detak jantung tersebut akan berdegup lebih kencang lagi saat berolahraga sehingga jantung tidak akan mampu menahan beban berat yang mengakibatkan jantung berhenti bekerja.

Zaini yang merupakan dokter dari RS MMC Jakarta menerangkan cara mudah mengukur detak jantung ialah dengan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan selama 15 detik.

Dari hasil penghitungan denyut nadi tersebut kemudian dikalikan empat. Jika jumlahnya lebih dari 100, sebaiknya istirahat dulu hingga detak jantung menurun. Namun jika detak jantung tetap pada hitungan di atas 100 degupan per menit, segeralah periksakan diri ke dokter.

Zaini menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan detak jantung tinggi yaitu seseorang yang memang memiliki gangguan jantung, seseorang yang kurang istirahat atau begadang, dan seseorang yang meminum minuman berenergi.

Dokter Zaini mengemukakan sebenarnya meminum kopi juga dapat meningkatkan degup jantung, namun kondisi meningkatnya detak jantung setelah meminum kopi memiliki efek yang berbeda-beda setiap orang. Tergantung dari jumlah gramasi kopi dan kandungan yang ada di dalamnya, serta respon tubuh seseorang terhadap kopi.

Baca juga: Ahli fisiologi olahraga tidak anjurkan olahraga di malam hari
Baca juga: Latihan intensitas tinggi bagus bagi jantung pasien diabetes tipe 2
Baca juga: Hindari olahraga berat setelah operasi jantung

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019