"Pendidikan dasar memiliki peranan penting dalam menciptakan generasi emas. Untuk itu, pendidikan dasar perlu mendapatkan perhatian," katanya pada peringatan Hari Aksara Internasional di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa upaya pemberantasan buta aksara sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, ketika angka buta aksara masih 97 persen.
Pada masa itu, ia menjelaskan, Presiden Soekarno mencanangkan gerakan pemberantasan buta aksara dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Selanjutnya, kata dia, Presiden Soeharto secara masif membangun Sekolah Dasar (SD) Inpres untuk memberantas buta aksara dan upaya itu terbukti efektif menurunkan angka buta aksara.
Namun, ia melanjutkan, saat ini kemampuan membaca, menulis, dan berhitung saja tidak cukup. Selain kemampuan literasi baca tulis dan literasi numerasi, kini literasi finansial, literasi sains, literasi digital, serta literasi budaya dan kewarganegaraan juga menjadi bagian dari literasi dasar yang mesti dikuasai.
"Peranan SD Inpres ataupun pendidikan dasar harus ditingkatkan. Tidak hanya sekedar memberikan kemampuan baca, tulis, dan berhitung," katanya.
Jumlah penduduk buta aksara yang mencapai 97 persen pada awal kemerdekaan sudah turun menjadi 3,4 persen tahun 2015.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2018, jumlah penduduk buta aksara sudah turun lagi menjadi 3,29 juta orang atau hanya 1,93 persen dari total penduduk.
Baca juga:
Mendikbud: angka buta aksara di Indonesia bagian timur masih tinggi
Kemendikbud kemas penuntasan buta aksara dengan budaya
Pewarta: Indriani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019