Wisatawan asing dan lokal mulai ramai berkunjung untuk menikmati suasana alam dan kesegaran air terjun Sendang Gile dengan ketinggian 35 meter di Desa Senaru, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.Sudah mulai ramai wisatawan yang berkunjung. Jumlahnya memang masih ratusan orang per hari. Kalau sebelum gempa bumi bisa mencapai ribuan orang, terutama pada hari libur
Berdasarkan pantauan Antara, Minggu, terlihat puluhan wisatawan asing berswafoto dengan latar air terjun Sendang Gila. Ada juga yang mandi dan menikmati aliran air di sungai.
Sebelumnya, salah satu destinasi wisata unggulan daerah tersebut sepi akibat rentetan gempa bumi di atas magnitudo 6 yang memporak-porandakan Kabupaten Lombok Utara pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018.
"Sudah mulai ramai wisatawan yang berkunjung. Jumlahnya memang masih ratusan orang per hari. Kalau sebelum gempa bumi bisa mencapai ribuan orang, terutama pada hari libur," kata penjabat sementara kepala desa Senaru, Lalu Wira Sakti, ketika ditemui di Senaru.
Menurut dia, kondisi pariwisata di Senaru pascagempa 2018, belum pulih 100 persen. Hal itu disebabkan karena aktivitas pendakian Gunung Rinjani masih dibatasi. Pendakian hanya diperbolehkan hingga Pelawangan dan tidak boleh sampai Danau Segara Anak.
Selain itu, air terjun Tiu Kelep belum dibuka secara resmi setelah adanya gempa bumi yang menyebabkan sejumlah wisatawan asing meninggal dunia tertimpa longsoran batu.
Air terjun Tiu Kelep berada di sebelah timur air terjun Sendang Gile yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 30 menit.
"Kami masih mengimbau para pemandu wisatawan untuk tidak membawa tamunya ke air terjun Tiu Kelep karena dikhawatirkan sewaktu-waktu terjadi tanah longsor," ujarnya.
Mulai ramainya wisatawan asing yang berkunjung ke air terjun Sendamg Gile menjadi berkah bagi pemandu wisatawan setelah mereka libur sejak rentetan gempa bumi mengguncang NTB pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018.
Karni (24), salah seorang pemandu wisata mengaku bersyukur dengan kembali ramainya wisatawan asing ke daerahnya.
"Kondisi mulai ramai sejak Juli 2019. Memang belum seramai seperti sebelum gempa. Tapi saya yakin turis-turis akan berdatangan seperti dulu lagi," ujar Karni yang merupakan salah satu dari 50 anggota Women Guide Association Senaru itu.
Ia mengaku sudah bisa memperoleh penghasilan ratusan ribu rupiah setiap kali mendampingi turis dari pagi hingga sore hari. Pendapatan tersebut digunakan untuk membantu kebutuhan ekonomi orang tuanya yang hanya sebagai petani.
"Ketika sepi turis, saya ikut bantu orang tua bertani. Hanya itu yang bisa dilakukan setelah gempa," ujar gadis lulusan SMAN 1 Bayan, yang sudah lima tahun menjadi pemandu wisata tersebut.
Baca juga: Pemkab Lombok Utara rancang destinasi ramah keluarga
Baca juga: Air terjun Tiu Pituq, spot "Instagramable" untuk swafoto di Lombok
Pewarta: Awaludin
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019