• Beranda
  • Berita
  • BJ Habibie wafat, sosok pemimpin demokrat dan terbuka

BJ Habibie wafat, sosok pemimpin demokrat dan terbuka

11 September 2019 21:59 WIB
BJ Habibie wafat, sosok pemimpin demokrat dan terbuka
Sejumlah prajurit Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) mengangkat peti jenazah dari almarhum Presiden ke-3 RI, BJ Habibie menuju mobil ambulans di Rumah Jenazah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/10/2019). BJ Habibie meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSPAD. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

Dialah pemimpin Indonesia pertama yang menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak kemudian menjadi seseorang otoriter, tetapi bagaimana kemudian dia memberikan ruang kepada setiap orang untuk berkreasi dan mengembangkan pola pikir mereka,"

Pengamat Politik Sulawesi Tenggara (Sultra) Najib Husen menilai sosok Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang kerap disapa BJ Habibie adalah pemimimpin yang sangat demokrat, sangat terbuka pada semua orang dan memberikan perlakuan yang sama.

"Dialah pemimpin Indonesia pertama yang menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak kemudian menjadi seseorang otoriter, tetapi bagaimana kemudian dia memberikan ruang kepada setiap orang untuk berkreasi dan mengembangkan pola pikir mereka," kata Najib Husen, di Kendari, Rabu malam.

Yang kedua adalah, lanjut Najib Husen, BJ Habibie adalah sosok pemimpin yang banyak membawa ide-ide baru, hal-hal baru kepada bangsa Indonesia.

"Jadi dialah kemudian bangsa ini dikenal diluar sebagai bangsa yang cerdas, bangsa yang pintar dan bangsa yang tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain," jelasnya.

Baca juga: BJ Habibie wafat, yayasan keluarga kartini gelar yasiinan 7 hari

Baca juga: BJ Habibie wafat, pewarta foto pingsan saat meliput pemindahan jenazah

Baca juga: Kominfo: BJ Habibie Bapak Teknologi Indonesia

Baca juga: Habibie wafat - Anies: Habibie inspirasi jutaan rumah tangga Indonesia


Selain itu, Najib melihat kesuksesan terbesar dari BJ Habibie adalah pada media, menurutnya BJ Habibie lah yang membuka keran keterbukaan bagi media untuk bisa menyuarakan aspirasi dan ideologi-ideologi.

"Kalau menurut saya kesuksesan yang paling besar dibuat BJ Habibie adalah utamanya pada dunia media, dialah yang membuka keren keterbukaan bagi media untuk bisa menyuarakan aspirasi mereka, ideologi-ideologi mereka tanpa kemudian ada rasa takut pada pemerintah," ujarnya.

Selain itu, menurut akademisi Universitas Halu Oleo (UHO) itu, sebelum BJ Habibie, sangat sulit sekali yang namanya keterbukaan, karena media dibrendel kemudian begitu banyak aturan yang dibuat oleh pemerintah. Menurutnya itu adalah salah satu prestasi yang terbesar yang dilakukan Habibie yang sampai hari ini dapat dirasakan.

"Artinya Habibie yang membuka ruang bagi media untuk berkreasi setelah Habibie lah baru kemudian yang namanya media-media di Indonesia itu tumbuh dengan suburnya, berkembang dengan pesatnya yang sebelumnya tidak pernah terjadi pada masa orde baru. Jadi memang suasana keterbukaan itu diciptakan oleh BJ Habibie selama dia menjabat jadi Presiden," ujarnya.

Najib juga mengungkapkan, sangat sulit untuk mendapatkan sosok seperti BJ Habibie, sosok pemimpin yang lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dibandingkan kepentingan pribadi.

"Utamanya ketika BJ Habibie harus tidak melanjutkan keinginannya untuk menjadi calon Presiden pada tahun 2004 saat pemilu yang lalu, tetapi dia kemudian mundur, dan itu yang sulit didapat oleh pemimpin-pemimpin hari ini," jelasnya.

Dia mengatakan dengan berpulangnya BJ Habibie bangsa Indonesia sangat kehilangan seorang pemimpin yang demokrat, pemimpin yang bersahaja dan pemimpin yang sangat peduli kepada bangsa dan negara.

"Berpulangnya Habibie tentunya bangsa Indonesia sangat kehilangan seorang pemimpin yang demokrat, Dialah pemimpin yang tidak pernah membuat konflik, pemimpin yang selalu memberikan suasana kondusif dan itu dilakukan utamanya sejak dia tidak menjadi presiden lagi, dia betul-betul menjadi bapak bangsa," tutupnya.

​​​​​​Untuk diketahui, Pria kelahiran Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), kelahiran 25 Juni 1936 itu meninggal di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu (11/9/2019), pada usia 83 tahun, akibat penyakit yang selama ini dideritanya.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019