"Belajar itu dimulai dari akuisisi, yaitu membaca dulu. Kalau ingin belajar sesuatu, harus membaca," kata Hasto saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis malam.
Baca juga: BKKBN ajak generasi milenial Babel manfaatkan bonus demografi
Hasto mengatakan belajar akan membuat seseorang menjadi kompeten. Kompetensi harus diulang-ulang sehingga bisa menjadi profisien, yaitu melakukan sesuatu sesuatu dengan prosedur tetap dalam waktu yang cepat.
Hasto, yang seorang dokter spesialis kandungan dan kebidanan, mengatakan saat pertama kali menangani persalinan memerlukan waktu 30 menit untuk menjahit luka akibat persalinan.
Baca juga: Kepala BKKBN: Jangan fokus dampak stunting di hilir
"Saya belajar spesialis kebidanan sejak 1995 sampai sekarang 64 ribu kali lebih membantu persalinan. Ibaratnya sambil merem saja sudah bisa karena sudah terbiasa. Berulang-ulang melakukan maka menjadi profisien," tuturnya.
Selain meningkatkan kompetensi, Hasto juga meminta mahasiswa untuk mengembangkan hard-skills dan soft-skills secara seimbang. Pasalnya, kesuksesan di dunia kerja tidak hanya didukung faktor hard-skills saja, tetapi juga soft-skills dan pola pikir yang terbuka.
Baca juga: Kepala BKKBN : Pembangunan daerah harus melalui pemetaan penduduk
Hasto mencontohkan dokter yang lulus dengan indeks prestasi kumulatif 4; tetapi tidak memiliki rasa humor, tidak pernah tersenyum dan kurang ramah; meskipun cerdas tidak akan disukai pasien.
"Sementara ada dokter yang lulusan dengan indeks prestasi kumulatif 2,5 disukai pasien karena ramah dan selalu tersenyum, tetapi salah mendiagnosis dan memberi obat. Karena itu, 'hard-skills' dan 'soft-skills' harus seimbang," katanya.
Hasto berharap STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung dapat segera berkembang menjadi universitas dan lulusannya bisa mengglobal, tidak hanya diterima bekerja di Indonesia saja tetapi juga ke luar negeri.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019