• Beranda
  • Berita
  • Pengamat sebut Erdogan layak jadi Muslim paling berpengaruh

Pengamat sebut Erdogan layak jadi Muslim paling berpengaruh

18 September 2019 23:44 WIB
Pengamat sebut Erdogan layak jadi Muslim paling berpengaruh
Pengamat dan akademisi Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, ketika ditemui di Jakarta, Rabu (18/09/2019). (ANTARA/Suwanti)

Pengamat dan akademisi bidang Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, menyebut bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan layak menyandang gelar sebagai tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia saat ini.

Pendapat itu menyusul The Royal Islamic Strategic Studies Centre Yordania yang merilis 500 Tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia tahun 2019 dengan menempatkan Erdogan pada peringkat nomor satu.

Baca juga: Presiden Erdogan pastikan kunjungi Indonesia awal 2020

“Memang harus kita akui Erdogan banyak bekerja untuk dunia, pertama sekali konsistensi dia sebagai anggota NATO yang tidak gampang menurut pada Amerika Serikat,” kata Rezasyah kepada Antara di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, saat ini dunia kekurangan pemimpin Islam yang berani bersikap tegas dan konsisten.

“Kalau saya perhatikan Erdogan adalah sosok kepala negara yang sangat konsisten, punya perhitungan jelas, dan jangkauannya bukan hanya Timur Tengah tapi juga dunia,” ujar dia.

Dengan karakter yang demikian, tambah Teuku, Erdogan menjadi figur yang dikagumi oleh masyarakat Muslim sehingga dirinya mendapat dukungan dari bawah.

Baca juga: Erdogan: Penolakan AS serahkan F-35 ke Turki adalah "perampokan"

Hal serupa dinyatakan oleh diplomat senior yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia pada periode 2001 hingga 2009, Hassan Wirajuda.

“Presiden Erdogan memang politisi sukses yang memulai karier dari walikota, perdana menteri, sampai presiden. Oleh karena itu, dalam ukuran waktu, dia panjang juga kekuasaannya,” ucap Hassan.

Walaupun setuju dengan pandangan Erdogan layak menjadi tokoh Muslim paling berpengaruh, Hassan juga melihat Erdogan mulai cenderung otokrat atau ingin mempunyai kekuasaan mutlak.

“Erdogan punya peningkatan tahap karier, tapi juga ada peningkatan ke arah otoriter. Karena itu mulai ada perlawanan termasuk di Kota Istanbul, itu tanda di dalam negeri sepertinya popularitas dia mulai menurun,” ujar Hassan.

Baca juga: Erdogan: AS tak akan berlakukan sanksi terkait perjanjian misil Rusia

Pewarta: Suwanti
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019